kabarbursa.com
kabarbursa.com

Pasokan Seret, Harga Cabai Rawit di Pasar Terong Naik 50-60 Ribu Jelang Nataru

Pasokan Seret, Harga Cabai Rawit di Pasar Terong Naik 50-60 Ribu Jelang Nataru
Pedangan Pasar Terong (Dok: Sinta KabarMakassar)

KabarMakassar.com — Harga cabai rawit di Pasar Terong melonjak tajam menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026.

Dalam empat hari terakhir, harga yang sebelumnya berada di kisaran Rp40-45 ribu per kilogram, kini menembus Rp55–60 ribu per kilogram. Kenaikan terjadi akibat pasokan yang menipis dari daerah sentra produksi, terutama Enrekang dan Jeneponto.

Pedagang cabai di Pasar Terong, Ismail (53), mengungkapkan bahwa kenaikan kali ini lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Menurutnya, cabai rawit Enrekang yang biasanya stabil di angka Rp12 ribu pada periode tertentu, kini berada di level Rp55 ribu per kilogram.

“Pasokan dari Enrekang kurang sekali. Itu sebabnya harga naik. Cabai besar yang kemarin sempat Rp40 ribu, sekarang Rp25 ribu. Cabai keriting juga naik dari awalnya Rp30 ribu jadi Rp40 ribu,” jelas Ismail, Jumat (12/12).

Ismail juga mencatat kenaikan pada bawang merah, yang kini dijual Rp50 ribu per kilogram dari harga awal Rp30 ribu sepekan lalu. Sementara bawang putih masih relatif stabil di Rp35 ribu per kilogram.

“Bawang merah juga naik sekali, sekarang itu sudah di Rp50 ribu, padahal bulan lalu itu masih Rp30 ribu, sudah banyak pembeli yang bertanya dan minta dikasih diskon, cuma tidak bisa karena harga yang kita beli juga mahal,” Pungkasnya.

Sementara itu, Pedagang lain, Eka (38), membenarkan lonjakan harga cabai rawit dalam beberapa hari terakhir. Ia menyebut cabai Enrekang kini mencapai Rp60 ribu, sedangkan cabai asal Jeneponto berada di kisaran Rp55 ribu per kilogram.

“Empat hari terakhir naik sekali. Yang 60 ribu ini baru dua-tiga hari. Sebelumnya masih 40—45 ribu. Naiknya langsung bertahap: 50, 55, sampai 60 ribu,” ujar Eka.

Menurut Eka, penyebab utama kenaikan adalah kurangnya pasokan, ditambah sebagian besar cabai justru dikirim ke luar daerah seperti Jakarta. Kondisi ini membuat pedagang lokal tak mampu bersaing saat mengambil barang dari pemasok.

“Kalau kita tawar 40 ribu, pengirim bisa ambil 50 ribu. Jadi petani tentu pilih yang harga lebih tinggi. Notanya saja tadi 53 ribu, kita tawar 50 tapi tidak bisa. Karena pengirim lebih dulu ambil barang. Makanya harga di Makassar ikut naik,” terangnya.

Selain cabai, beberapa komoditas lain juga ikut naik. Kentang mengalami kenaikan modal dari Rp10 ribu menjadi Rp14 ribu per kilogram untuk kualitas kecil, sehingga harga jual di pasar bisa mencapai Rp17-20 ribu. Untuk kualitas besar, modal kini berada di angka Rp16 ribu.

Kondisi cuaca yang kurang mendukung turut memperparah situasi. Eka mengakui bahwa dalam beberapa hari terakhir, jumlah barang yang masuk sangat sedikit. “Biasanya saya dapat dua kantong, tapi hari ini cuma satu. Kurang sekali barangnya,” ujarnya.

Lonjakan harga ini berdampak pada daya beli masyarakat. Sejumlah pedagang mengaku penjualan menurun karena harga yang terlalu tinggi, meski dalam kondisi barang langka, stok tetap habis dalam dua atau tiga hari.

Sebelumnya, cabai pernah berada di titik terendah yakni Rp12 ribu per kilogram sekitar sebulan lalu, sebelum merangkak naik hingga mencapai level saat ini. Perbedaan harga antar pedagang juga terjadi, tergantung sumber pasokan. Pedagang yang mengambil langsung dari sentra produksi bisa menjual lebih murah dibanding yang membeli melalui perantara.