kabarbursa.com
kabarbursa.com
banner 728x250
News  

Makassar Kota Dunia, Faktanya Volume Sampah Capai 7.374,5 Ton Perbulan

banner 468x60

KabarMakassar.com — IMD World Competitivenes Center merilis peringkat kota pintar sedunia (Smart City Index) 2023 dimana Kota Makassar menempati urutan ke-114 dari 141 kota di dunia. Sayangnya di balik prestasi tersebut masih ada beberapa catatan yang menjadi PR bagi pemerintah setempat, seperti permasalahan sampah.

Fakatanya, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, volume sampah di Makassar tahun 2022 mencapai 7.374,5 ton per bulan dan 245,8 ton per hari.

Pemprov Sulsel

Potensi sampah Kota Makassar tahun 2021 adalah 410.291 ton atau dalam satu bulan mencapai 34.190 ton dan dalam satu hari mencapai 1.139 ton.

Akademisi Unhas, Dr. Khusnul Yaqin mengatakan volume sampah yang ada di Makassar didominasi dari sampah industri dan rumah tangga yang terbagi atas sampah organik dan non organik.

Sampah non organik seperti plastik menjadi momok yang tidak dapat terurai namun justru dapat terdegradasi menjadi lebih kecil seperti mikroplastik ataupun lebih kecil lagi sehingga lebih mudah mencemari lingkungan hidup.

Dr Khusnul Yaqin menyebut, potensi masalah sampah di Kota Makassar adalah pengelolaan yang belum optimal oleh pemerintah dan stakeholder lainnya.

Menurutnya, sampah di Kota Makassar didominasi sekitar 70 persen sampah organik yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai energi dari gas metana yang dihasilkan.

Bahkan, gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar energi bagi transportasi publik tertentu seperti yang dimanfaatkan di sejumlah negara maju.

Selain itu, sampah organik juga dapat bernilai ekonomi jika dikelola dengan baik menjadi kompos atau pupuk yang lebih banyak mengandung zat penyubur tanaman dan sebagainya.

"Saat ini ada teknologi dari China seharga 50 juta untuk dapat mengubah sampah organik menjadi kompos dalam waktu 24 jam. Ini berarti memang pengelolaan sampah ini yang belum optimal begitu," ungkapnya saat dihubungi, Selasa (06/06).

Dosen Ilmu Kelautan Perikanan Unhas itu juga menjelaskan, paradigma masyarakat yang menganggap sampah sebagai hal yang tidak memiliki fungsi atau manfaat lagi. Padahal, jika dikelola dengan baik, sampah justru dapat memberikan manfaat yang baik dan bernilai ekonomi.

Sehingga kata dia perlu adanya perubahan pola pikir di masyarakat tentang sampah dan bagaimana mengelola kembali sampai menjadi sesuatu yang bernilai. Setidaknya sampah rumah tangga setiap orang dapat dimanfaatkan dan tidak dibuang begitu saja sehingga mencemari lingkungan.

"Pola pikir kita juga sebenarnya yang menjadi masalah karena masyarakat menganggap sampah yah sampah yang tidak bisa digunakan lagi dan berakhir begitu saja. Padahal sebenarnya jika dikelola dengan baik sampah ini punya nilai," pungkasnya.

Sementara itu, Koordinator Networking Yayasan Konservasi Laut Indonesia, Andi Zulkarnaen juga turut menyebut sistem pengelolaan sampah di Kota Makassar yang belum optimal.

Hal itu didasari dengan fakta dalam misi lingkungan hidup, Kota Makassar tidak mendapatkan Piala Adipura yang mencerminkan pengelolaan sampah yang belum optimal.

Selanjutnya, pengumpulan sampah yang dilakukan dengan penjemputan truk di rumah-rumah warga belum menerapkan sesuai prosedur sehingga terjadi penumpukan sampah di area lain.

Selain itu, pengelolaan sampah di Makassar belum menjangkau wilayah pulau sehingga terjadi redistribusi yang tidak merata dan mengakibatkan sampah berujung ke laut.

"Fakta ketiga adalah pengolahan sampah di Kota Makassar itu belum menjangkau wilayah pulau dan redistribusinya tidak merata," ujarnya

Ia pun menegaskan sebagai tugas bersama dalam mengelola sampah, dibutuhkan kerja kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan swasta dalam menjalankan misi lingkungan hidup.

"Selama ini kan pemerintah kerja sendiri, komunitas juga sendiri bahkan swasta yang mendaur ulang sampah misalnya juga seperti itu. Tapi sebenarnya yang dibutuhkan adalah kerja kolaborasi misalnya seperti NGO atau komunitas itu membantu dalam mengkampanyekan soal sampah sementara pemerintah fokus dalam pengelolaan dan swasta yang paling penting bagaimana mengolah sampah itu kembalim," jelasnya.

Untuk diketahui, Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dikutip dari Katadata, volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton.

Dimana sampah plastik berada di urutan kedua atau 18,55% setelah sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%.

Berdasarkan data tahun 2021 lalu, Indonesia menjadi negara peringkat ke-5 penyumbang sampah plastik terbanyak di laut.

Menurut catatan World Population Review dilansir dari katadata, sampah plastik di laut Indonesia mencapai 56 ribu ton pada 2021. 

PDAM Makassar