KabarMakassar.com — PT Pelindo Jasa Maritim, Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Group semakin memantapkan pelayanan dengan melakukan assessment kepada semua tenaga pandu dan unit kapal yang dimiliki.
Direktur Utama Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), Prasetyadi mengatakan, untuk saat ini pihaknya sudah melakukan assessment untuk semua unit yang ada di Pelabuhan Dumai.
“Setelah Pelabuhan Dumai di Riau, menyusul Pelabuhan Balikpapan di Kalimantan Timur pada bulan depan (September). Kami menargetkan semua pelabuhan yang dikelola SPJM akan di-assessment, baik untuk tenaga pandu maupun semua unit yang dimiliki,” terang Prasetyadi.
Tujuan assessment menurutnya adalah untuk standarisasi pelayanan yang ada. Selain itu untuk dilakukan mapping, kira-kira layanan apa yang masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan. Misalnya standarisasi Anak Buah Kapal (ABK), pengurusan dokumen, persiapan dokumen, dan sebagainya yang outputnya akan layak laut.
Senior Vice President Operasi Kapal, Syamsul Maarif menuturkan, pasca merger Pelindo dan terbentuknya SPJM, cukup banyak yang dilakukan pihaknya terutama dalam perbaikan layanan. Sejak SPJM melakukan STO, pihaknya langsung berkoordinasi dengan anak-anak usaha, terutama Pelindo Marine Service (PMS) dan PT Jasa Armada Indonesia (JAI) Tbk dalam hal pelayanan yang optimal.
“Kami juga banyak melakukan improve atau perbaikan yang sesuai dengan harapan dari Pelindo atau holding. Salah satu konsen kami yaitu terkait dengan pelayanan, membuat jalur komunikasi internal SPJM maupun dengan anak perusahaan (anper) PT PMS dengan tujuan agar pelayanan makin baik yang tentunya sesuai harapan ultimate (Holding) khususnya pengguna jasa,” ujarnya.
Terkait assessment yang sudah dilakukan di Pelabuhan Dumai dan akan dilakukan di Pelabuhan Balikpapan, Syamsul Maarif menambahkan bahwa setelahnya akan menyusul standarisasi pelayanan di pelabuhan lainnya seperti Makassar, Bitung, Surabaya, Tanjung Intan, Tanjung Mas, Belawan dan pelabuhan di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.
Seperti diketahui menurut Syamsul Maarif, kegiatan di pelabuhan hanya dua hal yang perlu diperhatikan khusus, yakni port stay dan cargo stay.
“Di mana port stay itu terkait dengan kecepatan pelayanan kapal, dengan cara melakukan pembenahan internal SPJM seperti proses bisnis, standardisasi kesiapan Sarana dan Prasarana termasuk SDM. Dan cargo stay tentu terkait standardisasi kesiapan alat-alat bongkar muat yang menjadi tanggung jawab SPJM yang tersebar di seluruh terminal peti kemas seperti Container Crane (CC), RTG Crane dan lainnya,” tambahnya.
“Kalau di konvensional, mungkin terkait kesiapannya seperti apa, terus pengawasannya seperti apa sehingga barang yang ada di wilayah pelabuhan baik itu di lini satu atau lini dua, rotasi keluarnya dari pelabuhan itu lebih cepat,” sambungnya.
Ia mengatakan, seluruh hal tersebut sebagai bentuk meningkatkan pelayanan. “Konsen kami dari operasional yaitu memperbaiki pelayanan-pelayanan yang saat ini sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan agar lebih menjadi baik,” tambahnya.
Syamsul Maarif menambahkan, pihaknya terus berupaya melakukan berbagai perubahan dan persiapan yang lebih matang dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk regulator.
“Misalnya persiapan docking kapal, sekiranya jauh hari sebelum dilakukan docking, kita sudah mengadakan berbagai persiapan sehingga operasional tidak terganggu dengan adanya schedule kapal yang docking. Kita akan siapkan penggantian kapal yang baru dan tentunya kita tetap berkoordinasi dengan pihak internal SPJM, PMS, JAI, Head Office (HO) dan regulator. Adapun tujuannya agar tidak mengganggu operasional yang ada,” tukasnya.