PDAM Makassar

Kilas Balik Festival Aksara Lontaraq dan Perjalanan Ranperda Tentang Literasi Aksara Lontaraq

Oleh: Rusdin Tompo ( Legal Drafter dan Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SatuPena Provinsi Sulawesi Selatan)

Kilas Balik Festival Aksara Lontaraq dan Perjalanan Ranperda Tentang Literasi Aksara Lontaraq
Legal Drafter dan Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SatuPena Provinsi Sulawesi Selatan, Rusdin Tompo.

KabarMakassar.com -- Pertama-tama, kami memberikan apresiasi dan bangga melihat aktivitas Bapak/Ibu di Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, dipimpin ketuanya, Bapak Rudy Pieter Goni, dan A. Muchtar Mappatoba, selaku Wakil Ketua, serta anggotanya, yakni Arfandy Idris, Andi Debbie Purnama, Andi Ayu Andira, Andi Hery Suhari Attas, Hj. Meity Rahmatia, HA Ansyari Mangkona serta H Muhammad Sarif.

Salut dan bangga kepada DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, terutama Risfayanti Muin anggota Komisi E dkk, yang menggunakan hak inisiatifnya untuk mendorong aksara Lontaraq, sebagai sebuah Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda).

Semoga tahun di tahun 2022 ini, kita sudah punya Perda definitif karena kita semua punya semangat yang sama, hendak melestarikan dan mewariskan aksara Lontaraq untuk generasi selanjutnya. Momentumnya, tepat tahun ini, jika kita melihat HUT Sulsel ke-353, yang diperingati pada 19 Oktober 2022 nanti. Temanya, “Sulsel Optimis, Sulsel Tangguh, Ekonomi Berdaulat”. Menariknya, logo dan tulisan HUT Sulsel itu, makna serta filosofinya bersumber dari karakter aksara Lontaraq.

Logo dan tulisan tersebut, sangat relevan dengan Visi Misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2018-2023, di mana VISI-nya adalah “Sulawesi Selatan yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter”. Sedangkan, salah satu misinya adalah pemerintahan yang berorientasi melayani, inovatif, dan berkarakter. Menurut kami, karakter itu, salah satunya tercermin pada aksara Lontaraq.

Sejak tanggal 13-15 Oktober 2022, DPK Sulawesi Selatan kembali bersama pemangku kepentingan lainnya, melaksanakan Festival Aksara Lontaraq III. Salah satu rangkaian acaranya, adalah Seminar bertemakan “Menyongsong Penerapan Perda Aksara Lontaraq”. Dari tema seminar ini tergambarkan bahwa tak lama lagi kita, masyarakat Sulawesi Selatan, punya satu Perda tentang Literasi Aksara Lontaraq.

Sungguh, suatu lompatan luar biasa, jika kita flashback, melakukan kilas balik, perjalanan Festival Aksara Lontaraq ini. Ketika diawal-awal mendiskusikan format penyelenggaraan festival ini, memang sudah diwacanakan sekaligus diharapkan, bahwa semoga nanti akan ada peringatan Hari Aksara Lontaraq. Selain itu, juga akan ada kebijakan bahwa pada hari-hari tertentu masyarakat menggunakan bahasa daerah, serta berbusana daerah/berpakaian adat. Wacana ini, tentu hanya bisa terwujud kalau ada regulasinya. Jadi, niatan yang semula hanya hendak menggelar “fiesta” dengan muatan edukasi tentang aksara Lontaraq—dalam kemasan ragam kegiatan yang entertaining—berubah menjadi kegiatan advokasi kebijakan.

Alhamdulillah, semangat gotong royong kebudayaan menjiwai kita semua. Penggiat literasi, penulis, pustakawan, arsiparis, seniman, budayawan, dan akademisi urun rembuk. Kerja-kerja jejaring, sinergitas, kolaborasi, dan semangat akbulosibatang, akhirnya Festival Aksara Lontaraq I dilaksanakan pada tanggal 27-28 Agustus 2020. Temanya, “Mengembalikan Kejayaan Aksara dan Budaya Lontaraq Sulawesi Selatan”.

Kegiatan yang dipelopori dan dimotori Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan bersama Kabar Group Indonesia (KGI) itu, sukses mengadakan virtual Seminar dan Konferensi Internasional Aksara Lontaraq, pada Jumat (28 Agustus 2020), yang diikuti 1.865 peserta dari 17 negara. Kegiatan yang merupakan tahapan akhir dari Festival Aksara Lontaraq 2020 ini, menampilkan sejumlah pembicara, antara lain Prof Nurhayati Rahman, Muhammad Syarif Bando, Kepala Perpusnas RI, Prof Campbell Macknight dari Australia, Alwi Bin Daud dari Malaysia, Prof Asako Shiohara dari Jepang, Sharyn Graham Davies dari Selandia Baru, Dr Kathryn Wellen dari Leiden University, Belanda, dan Dr Maria Matildis Banda, dari Universitas Udayana, Bali dan dimoderatori Budayawan Idwar Anwar.

Ada beberapa butir rekomendasi dari kegiatan pertama, antara lain menumbuhkan dan mengembangkan komunitas-komunitas kreatif yang bergelut di bidang revitalisasi dan revivalisasi aksara Lontaraq, mendukung penulisan dan penerbitan buku-buku yang menggunakan dan atau berkaitan dengan aksara Lontaraq, serta mengangkat guru-guru bahasa dan sastra daerah, untuk memenuhi pengajar bahasa dan aksara lontaraq, sebagai muatan lokal. Dan tentu saja, rekomendasi untuk menetapkan adanya peringatan Hari Aksara Lontaraq.

Rekomendasi Festival Aksara Lontaraq itu selanjutnya diserahkan oleh Upi Asmaradhana (Founder KGI), sebagai inisiator dan mewakili penyelenggara, kepada Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Ina Kartika Sari, pada tanggal 5 Oktober 2020. Penyerahan rekomendasi tersebut tak lepas dari peran almarhum Ince Langke, anggota Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelum wafat, beliau berjanji akan mengawal rekomendasi itu menjadi sebuah Ranperda inisiatif. Rupanya, sebelum berpulang, beliau sudah menitip hal tersebut kepada sahabatnya, Andi Januar Jaury Dharwis, untuk melanjutkannya di Badan Legeslatif DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2021, Festival Aksara Lontaraq II kembali digelar, tepatnya tanggal 25-27 Agustus 2021. Salah satu rangkaian acaranya, yang merupakan acara puncak, adalah Seminar Nasional, bertema “Mewujudkan Ranperda Aksara Lontaraq Sebagai Penguatan Warisan Literasi Sulawesi Selatan”. Pembicaranya adalah pakar filologi dan naskah La Galigo Unhas (Prof Nurhayati Rahman), Kepala Perpusnas RI (Muhammad Syarief Bando), Gubernur Sulawesi Selatan, diwakili Asisten Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tautoto Tanaranggina Sarongallo), Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan (Andi Ina Kartika Sari) dan Kepala DPK Provinsi Sulawesi Selatan (Muhammad Hasan Sijaya).

Pasca Festival Aksara Lontaraq II, tidak lagi cuma merekomendasikan dan mendorong perlunya Perda, tapi mulai dilakukan penyusunan Naskah Akademik, dengan merujuk pada semua proses dan materi selama penyelenggaraan festival maupun kajian dan literatur terkait aksara Lontaraq. Penyusunan Naskah Akademik ini mulai dikerjakan setelah mendapat informasi bahwa Ranperda Aksara Lontaraq masuk dalam salah satu Program Legislasi Daerah (Prolegda).

Darft awal Naskah Akademik diserahkan oleh Tim Perumus kepada Ketua Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Rusdin Tabi, yang didampingi Wakil Ketua Komisi E, Rezki Mulfiati Luthfi dan salah seorang anggotanya, Wahyuddin, pada tanggal 16 Maret 2022. Tim Perumus terdiri atas sembilan orang, antara lain, Prof Nurhayati Rahman, Upi Asmaradhana, Yudisthira Sukatanya, Idwar Anwar, dan Rusdin Tompo, serta dari unsur DPK Provinsi Sulawesi Selatan.

Ketika diserahkan, darft awalnya masih berjudul Ranperda tentang Aksara Lontaraq. Setelah pertemuan dengan Dr Ajiep Padindang, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, di Kafe Kanrejawa, pada bulan Mei 2022, beliau mengusulkan agar ditambahkan kata “literasi”. Maka Naskah Akademik dan Ranperda ini kemudian diubah judulnya menjadi Ranperda tentang Literasi Aksara Lontaraq.

Pada tanggal 8 September 2022, DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, kemudian menggelar ekspose Ranperda Sulawesi Selatan tentang Literasi Aksara Lontaraq. Ekspose ini dipimpin Andi Irwandi Natsir, Wakil Ketua Bapemperda DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, dihadiri anggota Bapemperda, tim inisiator dari Komisi E, antara lain Risfayanti Muin, tim penyusun Naskah Akademik dan dari DPK Provinsi Sulawesi Selatan.

Catatan indah dari kilas balik ini adalah pertama, masing-masing pemangku kepentingan, menggunakan kompetensi, sumber daya, lobi dan jejaring, serta kewenangan yang dimiliki untuk berkontribusi mewujudkan adanya Peraturan Daerah yang, insya Allah, tak lama lagi akan diparipurnakan. Kedua, kita tak mau hanya sekadar berbangga bahwa Sulawesi Selatan adalah salah satu daerah yang punya aksara, tapi mengkonversi kebanggaan itu dengan kerja-kerja nyata, serta memberikan sumbangsih pemikiran, dari apa yang bisa kita kontribusikan bagi daerah yang sama-sama kita cintai ini.

Terakhir dari kilas balik ini, saya ingin sampaikan, bahwa jika Retna Kencana Colliq Pujié begitu tekun menyalin dan menulis sureq I La Galigo, dengan menggunakan aksara Lontaraq, Daeng Pamatte, membuat catatan-catatan sejarah Kerajaan Gowa dengan menggunakan Lontaraq bilang, serta Prof Nurhayati Rahman mendedikasikan dirinya sebagai peneliti dan penulis La Galigo, maka kita pun bisa mengambil peran kesejarahan kita, membuat monumen ingatan, sebagai legacy, dalam bentuk Naskah Akademik dan Ranperda tentang Literasi Aksara Lontaraq. Tinggal bagaimana nanti kita mewujudkan literasi aksara Lontaraq sebagai gerakan bersama.

Sekian, terima kasih.Makassar, Sabtu, 15 Oktober 2022.

Penulis : Redaksi

Editor : Herlin Sadid

Pemprov Sulsel
DPRD Kota Makassar
Pemkab Sinjai
Kabar Serupa :
 OPINI : Politik Gratis Menjelang Pemilu 2024
Kabar Opini

OPINI : Politik Gratis Menjelang Pemilu 2024

04.05.2023 - 13:06
Ramadhan Jihad Zakat Fitrah
Kabar Opini

Ramadhan Jihad Zakat Fitrah

10.04.2023 - 16:00
Memaknai Hari Perlawanan Rakyat Luwu Ke-77 Tahun
Kabar Opini

Memaknai Hari Perlawanan Rakyat Luwu Ke-77 Tahun

23.01.2023 - 17:05
Isak Tangis Doni Monardo Kenang Onny Gappa
Kabar Opini

Isak Tangis Doni Monardo Kenang Onny Gappa

13.12.2022 - 08:39
Ketika Trembesi Membalas Budi
Kabar Opini

Ketika Trembesi Membalas Budi

10.12.2022 - 10:44
Pelindo