PDAM Makassar

Air Jadi Investasi Baik untuk Keluarga Pada Endemi Covid-19

Air Jadi Investasi Baik untuk Keluarga Pada Endemi Covid-19
Ilustrasi. (Dok. Kabarmakassar.com).

KabarMakassar.com -- Saat presiden Joko Widodo mengumumkan masa transisi endemi April 2022 lalu, senang saya bukan  alang kepalang. Tidak hanya saya yang merasakan penderitaan tapi semua masyarakat merasa aktivitasnya terganggu dengan adanya batasan-batasan sejak pandemi.

Betul, tahun 2020 hingga 2021 memang tahun yang paling berat bagi semua orang, karena di tahun itu kondisi semua aspek sosial dibombardir oleh sebuah virus yang tak nampak namun ada, yakni corona virus atau Covid-19. Sontak kaget saat jemariku menelusuri jumlah penderita Covid-19 di mesin pencarian google  Data yang tertera di mesin pencarian google menyebutkan, hingga 17 Oktober 2022, jumlah penderita Covid-19 sejak 2020  yakni sebanyak 6,46 juta kasus, sementara dinyatakan meninggal yakni 158 ribu jiwa.

Dua kali dinyatakan positif Covid-19 yakni pada 12 Januari dan 20 Maret 2021, tak lantas mengurungkan semangat saya untuk terus melanjutkan hidup.Apa yang membuat saya semangatnya bisa dua kali lebih semangat untuk bisa sehat? Pertamaadalah keluarga, karena hingga kini keluarga masih membutuhkan tenaga saya. Kedua adalah nutrisi yang seimbang serta vitamin penunjang penjaga stamina. Ketiga adalah doa.

Napas sesak, keringat bercucuran, demam yang tidak karuan, kepala pusing, tenggorokan sakit serta hilangnya indera penciuman dan pengecapan menjadi teman yang paling akrab bersama ku selama dua pekan.Diisolasi secara mandiri di rumah, saya adalah orang yang paling beruntung karena mendapat perhatian khusus dari pihak Puskesmas di Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan Biringkanayya, Kota Makassar.Apabila kita menganggap investasi terbaik dalam keluarga adalah harta, mungkin itu agak sedikit keliru, karena investasi terbesar sebenarnya adalah kesehatan.

Pandemi Covid-19 pun telah berlalu, saat ini kita sudah beralih ke masa endemi, masa di mana semua manusia sudah bisa berkumpul tanpa adanya penyekatan.Apabila ada yang sakit cukup minum obat pereda nyeri saja, tanpa harus memikirkan nutrisi dan vitamin penunjang stamina lagi. Padahal dari beberapa litarasi yang saya baca, masa endemi adalah masa di mana kita harusnya lebih aware and care terhadap ancaman beragam penyakit.

Seperti yang diungkapkan oleh dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, kita tidak boleh mengesampingkan nutrisi makanan yang sehat, sayur-sayuran, buah-buahan serta kebutuhan pokok seperti daging dan karbohidrat. Namun satu hal yang lebih penting dari itu semua adalah mengonsumsi air mineral yang teratur.

”Air terkadang kita lupakan. Air itu sangat penting, sama pentingnya dengan makanan pokok. Awalnya air ini adalah zat gizi yang terlupakan, tapi sejak 2013 air masuk ke dalam angka kecukupan gizi. Artinya harus dipenuhi dari diet sehari-hari kita. Apa sih manfaat air bagi kesehatan tubuh ? Jadi air yang berisi mineral ini akan membantu kecukupan mineral dalam tubuh dan dalam jumlah yang kecil mineral ini sangat diperlukan,” ungkap dr. Nurul pada kegiatan Pelatihan yang dilakukan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan DANONE Indonesia 21 September 2022 lalu.

Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas FK UI ini bilang, besar manfaat mengkonsumsi air justru mampu menghindari kita dari penyakit yang mengintai. Bahkan memaparkan sejumlah penyakit yang dapat ditimbulkan jika kecukupan mineral dalam tubuh tidak terpenuhi. Salah satunya adalah gangguan pencernaan dan masalah ginjal.

Kandungan dalam air kata dia terdapat beberapa zat penting, seperti Fluorida yang akan mencegah gigi karies dan membantu supaya gigi tidak cepat rusak, kemudian ada Celenium membantu sistem imun tubuh, Natrium menjaga keseimbangan elektrolit termasuk kebutuhan Natrium bagi tubuh, kemudian ada Tembaga membantu metabolisme, ada Zinc yang membantu pembentukan sel dan enzim, Kalium juga membantu sistem saraf dan otot, Magnesium dan Kalsium untuk membantu fungsi kardiofaskuler atau jantung dan Silika untuk merawat jaringan dalam tubuh.

“Jadi tidak ada ceritanya tuh minum air tapi enggak ada mineralnya karena mineral dalam jumlah kecil itu dibutuhkan oleh tubuh,” tutur dr. Nurul.

Lebih jauh mempelajari air mineral, dr. Nurul pun memaparkan data dari riset yang ada, ternyata masyarakat Indoensia belum sepenuhnya sadar terhadap pentingnya mengonsumsi air mineral, seperti yang dilansir dari riset Laksmi 2018, ditemukan bahwa 1 dari 5 anak-anak dan remaja ini belum cukup minum air, 1 dari 4 orang dewasa juga belum terpenuhi air minumnya, 2 dari 5 ibu hamil belum cukup minum air, sementara 1 dari 2 ibu menyusui juga belum cukup minum air.

“Apa saja peran air? Pada usia anak, mereka butuh air lebih banyak karena 65-75 persen di dalam tubuhnya berisi air. Air ini tidak dapat diproduksi dalam tubuh, oleh karena itu kecukupannya harus terpenuhi dari diet kita sehari-hari. Mengatur suhu tubuh kalau kita lagi demam, usahakan minum dengan banyak suapaya suhu tubuhnya bisa berangsur dengan baik. Serta untuk proses pencernaan, membawa zat yang berguna dalam tubuh dan juga sebagai pelumas bagi bantalan dalam sendi,” paparnya.

Berdasarkan pelatihan yang dilakukan AMSI dan DANONE Indonesia dengan tema Potret dan Tantangan Kesehatan Masyarakat Menuju Endemic Covid-19 ini membuat saya menemukan jawaban yang sebenarnya terhadap apa yang menyelamatkan saya dari paparan virus Covid-19. Jawabannya adalah air mineral, karena saat itu saya lebih banyak mengonsumsi air mineral saat demam, bukan karena sekedar haus saja melainkan karena rasa makanan yang masuk ke mulut saya semuanya sama, sama-sama hambar.

Konsumsi air secara ideal kata dr. Nurul sebagai berikut, khusus anak usia 4-6 tahun butuh 6 gelas sehari 1,2 Liter, sementara anak usia 7-12 tahun butuh 7 gelas sehari atau 1,5 Liter. Sementara itu, untuk laki-laki dewasa membutuhkan 8 Gelas atau 2 Liter dan wanita dewasa 7 Gelas sehari. Khusus untuk ibu hamil 8 gelas dan ibu menyusui 12 gelas, terakhir untuk kaum lansia membutuhkan 6 gelas air perhari.

Pilihan untuk mengonsumsi air juga salah satu hal yang sangat peting kata dr. Nurul, dari data yang dipaparkan, sebayak 31% masyarakat Indonesia memilih mengonsumsi air kemasan, baik yang bermerek dan isi ulang, 21% masyarakat mengonsumsi air terlindung atau sumur terdalam, serta 15% masyarakat mengonsumsi air dari sumur pompa, dan 11% mengonsumsi air PAM atau Ledeng.

“Air mineral yang normal itu tidak bau, tidak berasa, tidak ada warnanya, bebas kuman, dan paling penting pastikan air mineral itu berasal dari sumber yang berkualitas dan terlindungi. Kenapa air minum itu penting, kita harus pilih sumber air minum yang berkualitas,” tegasnya.

Kebutuhan air mineral itu kata dr. Nurul bisa dilebihkan, selama tidak ada gangguan ginjal dan memaksa minum tidak wajar. Apabila ada yang minum air sampai 3 Liter per hari maka ini berakibat pada gangguan sistem eletrolite dalam tubuh. “Tanda dehidrasi seperti mulut kering, mudah cemas dan tegang, ngantuk, daya ingat dan konsentrasi menurun, menganggu mood performa atensi menurun,” sebutnya.

Sementara efek jangka panjang kata dia bisa fatal pada infeksi kandung kemih, selain itu penyakit ginjal dan batu ginjal juga mengintai, bahkan  bisa menyebabkan kegemukan. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Koordinator Substansi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Theresia Sandra Diah Ratih, bahwa angka kematian penderita penyakit ginjal di Indonesia diperkirakan mencapai 42.000 orang per tahun.

“Semuanya dalam bentuk peningkatan, sehingga misalnya penyakit jantung, ginjal, stroke, obesitas dan hipertensi meningkat, itu sudah dapat diprediksi akan terus meningkat apabila faktor risiko tidak kita kurangi,” ucapnya saat memberikan keterangan pers secara daring terkait “Hari Ginjal Sedunia”, Kamis (17/3/2022) dilansir dari sumber berita satu.

Berdasarkan riset yang dilakukan, pada 2013 pihaknya menemukan prevalensi penyakit ginjal kronis tercatat 2%, kemudian meningkat menjadi 3,8% atau 739.208 jiwa menderita penyakit ginjal kronis. Bahkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk penderita penyakit ginjal menempati urutan keempat dari seluruh pembiayaan penyakit katastropik. Tercatat, pada 2020, BPJS Kesehatan mengeluarkan anggaran senilai Rp 2.239.848.171 untuk 1.763.260 pasien gagal ginjal.

“Jadi ini cukup besar biaya, ini biaya yang dikeluarkan oleh BPJS, belum kita hitung pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh keluarga karena menderita gagal ginjal ini. Jadi, ada tambahan-tambahan uang yang harus dikeluarkan lebih besar lagi,” papar dr. Theresia.

Kita sangatlah berperan penting untuk memilih air minum yang berkualitas. Memilih air minum yang tepat adalah investasi terbaik untuk masa depan keluarga, apalagi di masa endemi seperti sekarang. Kita cermat, keluarga sehat. Jadi jangan salah pilih air minum karena kualitas air minum yang baik diawali dari sumbernya.

Penulis : Al Amin Malliuri

Editor : Herlin Sadid

Pemprov Sulsel
DPRD Kota Makassar
Pemkab Sinjai
Kabar Serupa :
Jaga Kesehatan Kucing, Perhatikan 7 Hal Ini!
Kabar Gaya Hidup

Jaga Kesehatan Kucing, Perhatikan 7 Hal Ini!

02.10.2023 - 09:00
Soft Opening Gramedia Pettarani Target 500 Pengunjung
Kabar Gaya Hidup

Soft Opening Gramedia Pettarani Target 500 Pengunjung

01.01.2023 - 09:00
Begini Cara Tolak WA Tanpa Blokir Kontak
Kabar Gaya Hidup

Begini Cara Tolak WA Tanpa Blokir Kontak

14.12.2022 - 13:00
Pelindo