KabarMakassar.com -- Refocusing Pakkarena In Choreography Collaboration merupakan sebuah pertunjukan seni yang menampilkan kolaborasi antara seni foto dan seni tari.
Refocusing Pakkarena In Choreography Collaboration menghadirkan penampilan kolaborasi antara Maestro Pakarena, Nurlina Syahrir dengan seniman foto Goenawan Monoharto.Kolaborasi tersebut digelar di Hotel Remcy Panakukang Makassar, Minggu, (6/6).
Dr. Jarta Jayadi. Msn dalam sambutannya mengatakan, refocusing pakkarena lahir dari seni yang bisa beradaptasi dan tidak akan bisa mati, dimana seni akan terus menerus lahir.
“Ini bagian dari tanda-tanda bagaimana seni itu bisa beradaptasi, tidak bisa mati, karya seni itu jadi karsa, cinta apresiasi dan sebagainya itu tidak akan perna mati. Inilah ciri dari alam yang ada perubahan meskipun kita tidak katakana bahwa refocusing pakkarena muncul karena Covid-19, bukan, tapi karena seni akan terus menerus lahir, akan terus menerus menandai masanya, menandai waktunya, menandai ekstitensinya inilah seni,” ungkapnya.
Maestro tari pakkarena, Nurlina Syahri mengatakan, hadirnya refocusing pakkarena tersebut melalui proses yang cukup panjang.
“Jadi kolaborasi ini sebenarnya prosesnya cukup panjang ya dari 2020. Sebenarnya agak susah juga di awal sehingga memang harus selalu ngobrol seperti apa sehingga kita bisa menyatu tidak terpisah dan memang banyak hal yang mesti kita coba untuk sesuaikan sesuai dengan finnya masing-masing,” katanya.
Ia menambahkan, melalu projek kolaborasi dengan seniman foto ini menunjukkan tari tanpa foto rasanya hambar. Pasalnya menurut Nurlina Syahri, foto berbicara lewat bidikannya sementara tari berbicara lewat gerakan.
“Fotografi itu sebenarnya kalau diurut karena kalau kita (penariu) tampil dan tidak ada yang motret kan rasanya kurang, sehingga inilah yang membuat saya juga dengan idenya kak Gun ini asyik juga. Kalau misalnya kita coba untuk berbicara, jadi kalau kak Gun bicara dengan bidikannya saya berbicara dengan gerak saya,” jelasnya.
Sementara Fotographe, Goenawan Monoharto mengatakan, menyatukan kolaborasi antara tari dan foto sangat susah karena harus masuk dalam roh pakkarena di era milenial ini.
“Secara dengan kolaborasi ini sejak tahun 2020 oktober hanya saja untuk menyatukannya itu sangat susah memang saya harus masuk dalam roh pakkarena di era milenial ini apa yang kelihatannya memang pakkarena itu kelam sekarang ini dan mulai buktinya salah satu ini foto yang tidak punya wajah, inilah pakkarena milenial sekarang ini inlah salah satu yang saya tangkap tapi secara runtut yang didalam semua itu itu kelam na mengapa saya memilih hitam putih karena pakkarena itu sampai demikian dan saya secara berani bagaimana pun juga bahwa minimalis cahaya itu harus saya gunakan,” pungkasnya.
Penulis : Ardiyanti
Editor : Herlin Sadid