kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Situs Peradaban Kuno di Bukit Batu Kampung Bissorang Selayar

banner 468x60

KabarSelayar.id – Pada tahun 1950-an, Dusun Bissorang yang terletak di atas bukit batu itu dahulu menjadi kampung paling ramai di masa itu. Lebih dari 40 unit rumah dibawah pimpinan seorang "Gallarang". Namun sekarang jumlahnya semakin berkurang tersisa 20-an sebab penduduknya banyak yang pindah ke lokasi pemukiman lain. Dusun Bissorang masuk dalam wilayah Desa Bonea Timur, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar.

Antara tahun 1830-an hingga awal 1900-san, terjadi perpindahan penduduk dari sebuah kampung tua Bontoyya yang terletak di lereng sebelah timur pulau Selayar ke Kampung Bissorang dan membuat pemukiman baru diatas puncak bukit dan menetap disana hingga saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari ancaman dari bandit asal Pulau Seram yang disebut gerombolan pemakan manusia.

Pemprov Sulsel

Sudah pernah beberapakali dilakauan penelitian di lokasi perkampungan Bissorang, terkait keberadaan Meriam kuno Cetbang Majapahit dan bebatuan yang terletak di tengah-tengah perkampungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bougas pada tahun 1998, Caldwell dan Bougas di tahun 2004, serta Ed. O'Connoe, Bulbeck dan Meyer tahun 2018 lalu, meneliti terkait model dan susunan batu di kampung Bissorang dan menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa batu-batu itu berasal dari zaman batu besar (Megalitikum).

Hal tersebut ditandai dengan adanya Altar batu dan Megalit lain, namun seperti Menhir tak disebutkan dimana tempatnya. Batu sejenis Altar juga pernah ditemukan di beberapa tempat di Sulawesi seperti di Buntu Pattunuang Asu Kabupaten Enrekang, di Biloka Kabupaten Sidrap, di Madenra Kabupaten Soppeng, di Bulo-Bulo dan Bulu Bappejang Kabupaten Sinjai, di Bungung Salapang Jeneponto, di Gantarang Keke Bantaeng dan tempat lainnya.

Altar itu sendiri merupakan batu datar untuk meletakkan hewan kurban dan sesajen lainnya, dengan kata lain, adalah tempat meletakkan sesajen yang nantinya akan dipersembahkan untuk tujuan religius dalam sebuah prosesi upacara keagamaan, kemudian tempat itu disakralkan zaman itu.

Sementara itu ditengah perampungan ada lokasi yang disucikan untuk melaksanakan ritual dengan formasi melingkar yang dipimpin oleh guru spiritual yang duduk ditempat tertinggi ditengahnya. Demikian halnya yang terdapat di tengah perkampungan Bissorang, sehingga pada tahun 1990-an muncul kepercayaan masyarakat yang turun temurun bahwa dilarang melintas ditempat tersebut dengan membawa mayat. 

Namun logikanya, diketahui topografi kampung Bissorang yang memanjang dan sempit, terletak diatas puncak bukit serta semua sisi-sisinya jurang kecuali jalur masuk ke arah kampung tersebut. Altar batu tersebut terletak ditengah dan membelah perkampungan, walaupun terdapat akses penghubung berupa lorong batu yang terbelah akan sesulitan untuk membawa mayat ke tempat pemakaman. Sebab tanpa ada barang bawaan saja, akan kesulitan karena harus berjalan menyamping disela-sela batu tersebut.

Adanya bukti sejarah peradaban tersebut menempatkan Kampung Bissorang buka hanya sebagai kampung tua, akan tetapi lebih pantas disematkan sebagai situs pemukiman kuno yang saat ini diwariskan kepada orang Selayar khususnya masyarakat Bissorang. Mengenai hal itu, Bissorang dapat dijadikan sebagai tempat belajar dan penelitian serta menjadi brending situs wisata sehingga menambah daya tarik wisatawan lokal dan internasional.