KabarSelatan.id — Bakkasa, warga Dusun Balipolea, Desa Tombo-tombolo, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulsel menjadi korban pengeroyokan oleh sejumlah orang pada Senin 7 Agustus 2023 lalu.
Pasalnya, aksi pengeroyokan ini diduga dilakukan oleh Kepala Desa Tombo-tombolo Jamaluddin cs dengan sebuah bogem mentah dan beberapa kali tendangan hingga korban tersungkur ke tanah.
Akibat aksi premanisme itu, pria berusia 58 tahun ini pun mengalami luka pada bagian wajah, bengkak pada bagian pinggang dan luka gores dibagian lengan kirinya.
Korban yang tak terima dengan tindakan itu pun, melaporkan insiden tersebut ke Polsek Bangkala berdasarkan Laporan Polisi Nomor: STTLP/119/VIII/2023/ SPKT/ Polsek Bangkala/ Polres Jeneponto/ Polda Sulsel.
Hal itu pun dibenarkan oleh Kapolsek Bangkala Iptu Kaharuddin saat dikonfirmasi melalui telepon pada Rabu (09/08) kemarin.
"Terkait semuanya telah kita tangani dan kita juga sudah melakukan intervensi saksi- saksi. Baik warga sebagai pelapor terkait pengrusakan dan penganiayaan terhadap dirinya sementara kita lakukan interogasi dan penyelidikan dilapangan," ujarnya.
Kaharuddin menjelaskan bahwa, buntut insiden pengeroyokan ini terjadi lantaran korban diduga merusak fasilitas perpipaan air yang mengalir ke rumah warga.
Setelah pengrusakan terjadi, Sang Kades dan kawan-kawannya yang sudah naik pitam langsung mendatangi korban dan menghajarnya hingga babak belur.
"Pemilik adalah pemerintah, jadi disana itu adalah fasilitas umum dan disitu dugaan pengrusakan dan penganiaayan korban," ungkap Kaharuddin.
Meski begitu, pihaknya hingga kini belum berani memastikan hal tersebut. Sebab, pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang ada belum rampung.
Namun jika menelisik dari laporan polisi, korban dianiaya lebih dari satu orang.
"Saya lihat di LP Lebih dari satu orang. Ya dugaan memang pengeroyokan seperti itu karena lebih dari satu orang pelaku namun itu harus di faktakan melalui hasil penyelidikan," katanya.
Sementara itu, korban Bakkasa Daeng Raja menuturkan, fasilitas umum (sumur) tersebut merupakan lokasinya yang dikuasai oleh sang kades.
"Injo jore injo bungunga, bungungku, najamai pak desa nampa natongkoki nakoncii, kukana teaki koncii ka nakke punna eroka angnginung kanjo tomma injo ngalle je'ne ka bellai ballaka. (Jadi itu sumur adalah sumurku, pak desa yang kerja lalu di gembok, saya sudah bilang jangan dikunci karena kalau saya kehausan pasti saya mau minum disitu," ucap korban yang tak fasih berbahasa indonesia ini.
"Iyaminjo nakoncii, nagemboki jari kuumbangi injo kuncia ka eroka angnginung. Iyaminjo nalarro pak desa naba'jia (Dia kunci, karena saya ingin minum sehingga saya rusak gemboknya maka dari itu, pak desa langsung memukul," tambah Daeng Raja.
"Tena, upa'na kuta'nangi ngapa naki panraki gembokna? Ka eroka angnginung, jari naba'jima. Iyajinjo bawang (Jadi, sebelum dianaya,terduga pelaku bertanya mengapa kunci tersebut dirusak? korban pun menjawab, saya ingin minum, spontan sang kades langsung memukul," lanjutnya.
Menurutnya, saat insiden pemukulan ini terjadi, korban menyebut ada sekitar 20 orang yang mendatanginya di lokasi tetapi, hanya sebagian besar melakukan pemukulan.
"Jai, ka loe visumku, rupangku erok naba'baji tapi kuhindari ka ta'ta'balaki naborongia, sekitar nia 20 tau, jaiyyangangai ammajia dari pada pasisa'laka, inio lagi tau ma'jia kammakumo sessa nassaga nacini nahalangi injo ma'jia.tena nia paingaki karena injo duttungku lani ba'ji langsung asengi emosi. (luka visumku banyak, jadi wajah saya yang jadi sasarannya namun saya menghindar karena jumlahnya banyak, jadi lebih banyak memukul dari pada yang melerai. Setelah saya tersungkur orang-orang ini mulai kasihan dan melerai kejadian ini," katanya.
Daeng Raja menjelaskan, jika fasilitas umum ini memang dibangun diatas lahan miliknya tetapi dikuasai oleh Pemerintah desa dengan dalih untuk masyarakat umum namun diperjual belikan.
"Memang Iye injo bungunga lalangi ri tampakku mingka bungung umum. (Iya sumur umum ini berada dilokasi saya) Jari injo bungunga, bungung nakeke nenekku na'jari bungung (padahal sumur itu adalah sumur hasil galian nenek saya) tena napalaki, injo sampingna bungunga nakekekei nanmoa nabendung nampa nasarei pa'ttongko nampa caritanna iya (pak desa) kalolai, jari injo nasarea je'ne injo tau eroka bayara. (Dia tidak minta, justru disamping sumur tersebut digali kembali oleh kades lalu dibuatkan penampungan dan ditutup lalu di gembok, apabila ada warga yang butuh, maka harus membayar)," pungkas Daeng Raja.