kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Festival Budaya Ma’rampe-Rampe Gelar Lokakarya Roto Menembus Masa

Festival Budaya Ma'rampe-Rampe Gelar Lokakarya Roto Menembus Masa
Narasumber saat membahas Roto sebagai kain khas dari Suku Rongkong sebagai warisan budaya Tana Luwu dan mendalami proses pembuatannya yang masih sangat alami dan cara pelestariannya sebagai warisan leluhur.
banner 468x60

KabarMakassar.com — Tim Produksi Festival Budaya Ma’rampe-Rampe menggelar Lokakarya Roto Menembus Masa (Romansa) yang berlangsung di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Senin (20/5).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber diantaranya Tomakaka Limbong Hj Wadjallangi, Founder Maskerade Fashion and Craft Nana Ibrahim dan Owner Dimenna Art Rumah Batik Musly Anwar.

Pemprov Sulsel

Dalam diskusi tersebut para narasumber membahas Roto sebagai kain khas dari Suku Rongkong sebagai warisan budaya Tana Luwu dan mendalami proses pembuatannya yang masih sangat alami dan cara pelestariannya sebagai warisan leluhur.

Tomakaka Limbong, Hj Wadjallangi mengatakan Roto merupakan kain khas masyarakat Etnis Rongkong yang berasal dari kawasan pengunungan barat utara dimana pemberian motif pada kain ini dilakukan dengan teknik ikat celup.

Tomakaka Limbong mempraktekan langsung cara dan proses pengikatan pada kain yang akan diberi motif dengan menggunakan bahan-bahan pewarna dari alam seperti daun jati, akar mengkudu, buah pinang hingga jeruk nipis.

“Sebelum adanya Roto, leluhur kita masih menggunakan kulit kayu untuk pakaian dan akhirnya menemukan kapas yang ditenun untuk menjadi kain. Tapi warnanya putih sehingga leluhur kita mencari cara bagaimana bisa memberikan warna dan motif pada kain saat itu dengan memanfaatkan alam sekitar,” ungkapnya.

Selanjutnya, Musly Anwar menyebut peran anak muda dan masyarakat penting untuk melestarikan Roto sebagai warisan budaya dengan sadar dan mulai belajar menjadi pengrajin ataupun menggunakan dan mengenalkan kain tersebut di kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, pakaian adat hanya sering ditemukan di acara-acara penampilan Sanggar Tari atau upacara-upacara adat sehingga penting untuk mengenakan pakaian khususnya kain Roto di kehidupan sehari-hari agar terus diingat dan tidak dilupakan.

“Kalau kita lihat bahwa pengrajin Roto ini semakin lama semakin sedikit dan kalau kita tidak mengenalkan hal ini tentu maka ini bisa dilupakan,” sebutnya.

Sementara itu, Nana Ibrahim yang berkecimpung di dunia bisnis fashion dengan koleksi kain tenun khas dari beberapa daerah menegaskan adanya edukasi yang dilakukan kepada konsumen tentang baju-baju atau kain khas yang dijual.

Nana bahkan mencantumkan sinopsis pada beberapa koleksi kain adat yang dijualnya untuk memberi pengetahuan baru pada konsumen dan juga memperkenalkan warisan budaya asal kain tersebut.

“Kita selalu memperkenalkan kain khas nusantara yang kami koleksi ke konsumen, jadi kita mencantumkan sinopsis pada kain khas yang memang asli sehingga konsumen bisa tahu dan kita juga menjelaskan adanya perbedaan harga antara kain asli seperti Roto yang proses pembuatannya ribet dibandingkan dengan kain-kain printing, dan kain khas nusantara selalu kita update dan matching serta mix kan agar lebih keren digunakan anak muda,” pungkasnya.

Lokakarya Roto Menembus Masa merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Budaya Ma’rampe-Rampe yang digelar pada 18-20 Mei di Onderafdeling Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Festival Budaya Ma’rampe-Rampe mengusung tema Kebudayaan Agraris Masyarakat Tana Luwu sebagai upaya mengunggah masyarakat untuk kembali mengingat dan membicarakan kebiasaan masa lalu dan budaya lokal yang ada.