kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

5 Sejarah Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan, Cerminkan Nilai Budaya

5 Sejarah Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan, Cerminkan Nilai Budaya
Ilustrasi (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu provinsi yang memiliki budaya yang amat kaya. Salah satunya adalah rumah adat.

Rumah adat dari beberapa suku ini menandakan warisan nenek moyang yang masih terus terjaga sampai sekarang. Sulsel memiliki lima jenis rumah adat yang unik-unik.

Pemprov Sulsel

Sulawesi Setan memiliki ciri khas rumah adatnya yakni terbuat dari unsur kayu dan rata-rata merupaka rumah panggung.

Melansir dari laman Gramedia Blog. Berikut 5 Sejarah Keunikan Rumah Adat Sulsel, Cerminkan Nilai Budaya yang dirangkum KabarMakassar.com:

1. Rumah Adat Tongkonan dari Suku Toraja

Tentu ini salah satu rumah adat yang identik. Untuk namanya sendiri, Tongkonan berasal dari suku Toraja yaitu “tongkon” yang artinya duduk. Rumah adat dari suku Toraja, yang menetap di pegunungan bagian utara Sulsel.

Bentuk rumahnya terispirasi dari perahu kerajaan China. Sekaligus menjadi pengingat, bahwa nenek moyang suku Toraja dulu datang ke Sulsel memakai perahu.

Rumah adat ini, selain dipakai sebagai rumah. Rumah ini juga biasa digunakan untuk melakasanakan upacara-upacara adat.

Rumah yang dibangun memakai kayu yang didirikan di atas tumpukan kayu. Jenis kayu yang dipakai adalah kayu Uru, jenis kayu mudah ditemukan di Sulawesi.

Selain itu, pembangunan juga dilakukan tanpa unsur logam, bahkan paku juga sangat jarang dipakai untuk membangun Tongkonan.

Rumah Tongkonan juga memiliki ornamen dan ciri khas khusus. Seperti Warna merah, hitam, dan kuning adalah warna dominan yang dipakai ora Toraja untuk mempercantik Tongkonan.

Dalam masyarakat, rumah adat suku Toraja juga dikenal sebagai pusat pemerintahan. Istilah yang dipakai adalah Toma’ Parenta. Rumah ini termasuk salah satu rumah yang megah, sehingga dulu hanya orang-orang bangsawan saja yang bisa membuat rumah Tongkonan.

Ciri khas terakhir yang tak kalah unik yaitu adanya patung kepala kerbau di bagian atas rumah dengan warna yang berbeda-beda.

Ternyata, kepala kerbau yang ada di rumah Tongkonan menjadi penanda status sosial pemilik rumah. Semakin banyak kepala kerbau yang dipasang, semakin tinggi pula status sosial orang tersebut di masyarakat.

Kemudian, karena suku Toraja masih memiliki kepercayaan pada leluhur mereka, proses pembangunan rumah pun tidak sembarangan.

Mereka harus mengikuti pakem-pakem atau syarat yang telah ditetapkan oleh para nenek moyangnya. Seperti rumah harus menghadap ke utara, sebagai awal kehidupan. Lalu bagian belakang menghadap ke selatan sebagai akhir dari kehidupan.

2. Rumah Adat Balla dari Makassar

Rumah adat ini berasal dari Makassar, yang menghuni di Selatan bagian pesisir barat daya. Balla dulunya juga menjadi rumah bagi para bangsawan.

Bangunan rumahnya juga memiliki konsep tradisional rumah panggung, layaknya rumah Tongkonan.

Pembagian arsitekturnya dibagi menjadi tiga, yaitu atap, inti rumah, dan kolong. Bahan material yang dipakai adalah berbagai macam kayu, sementara atapnya memakai ijuk atau jerami.

Rumah Balla ditopang oleh 10 buah tiang penyangga. Rumah ini dikenal luas dan besar, dengan ketinggian sekitar 3 meter, jadi ruangan dalamnya pun luas dan besar. Ruang teras Balla disebut dengan dego-dego, lalu ruang tamu disebut paddaserang dallekang. Lalu ruang bagian tengah akan dipakai sebagai ruang keluarga, dan kamar tidur berada di bagian paling belakang. Untuk kamar tidur di belakang ini dikhususkan bagi anak perempuan.

Atap rumah Balla berbentuk pelana, yang ujungnya lancip menghadap ke bawah. Untuk bagian atap, selain dari ijuk juga bisa dari bambu, rumbia, atau nipah. Lalu bagian pucuknya ada segitiga yang disebut sebagai Timbaksela.

Segitiga yang tidak bersusun ini menandakan rumah orang biasa, sementara yang disusun bertingkat menandakan pemiliknya adalah seorang bangsawan. Jika Timbaksela lebih dari tiga, tandanya si pemilik rumah adalah bangsawan yang memiliki jabatan pemerintahan.

3.Rumah Adat Saoraja dari Suku Bugis

Rumah adat ini berasal dari Suku Bugis, yang lebih banyak mendapat pengaruh Islam. Terlihat dari arah rumah yang selalu menghadap kiblat.

Dalam proses pembangunannya pun rumah Bugis tidak memakai paku, melainkan dengan kayu atau besi.

Untuk rumah adat ini ada dua jenis rumah Saoraja, satu Saoraja untuk kalangan bangsawan, dan rumah Bola untuk rakyat biasa. Meski begitu, namun keduanya memiliki unsur-unsur yang sama.

Berikut adalah 3 unsur bagian pada rumah adat Saoraja:

Kalle Bala, atau pembagian ruangan. Ada ruang tamu, kamar tidur, dan dapur.

– Rakkeang atau dalam bahasa Bugis berarti bagian yang dipakai untuk menyimpan benda-benda pusaka. Selain itu, tempat ini juga dipakai menyimpan makanan.

– Passiringan atau Awasao, yaitu ruang yang hampir mirip dengan gudang, dipakai sebagai tempat menyimpan peralatan tani, sekaligus sebagai kandang hewan ternak.

Rumah Bugis ini juga memakai konsep rumah panggung yang dibuat dari bahan berbagai jenis kayu.

Sementara pada atap yang berbentuk pelana dengan timpalaja yang jumlahnya disesuaikan dengan status sosial pemilik rumah yang menjadi ciri khasnya.

Timpa Laja atau gevel ini adalah bidang segitiga antara dinding dengan pertemuan atap.

4. Rumah Adat Suku Luwuk

Rumah adat suku asli dari Luwuk yaitu suku Saluan, suku Banggai, dan suku Balantak. Meskipun suku Banggai telah berdiri, namun masih banyak yang mendiami kota Luwuk.

Dahulu, rumah adat suku Luwuk adalah rumah yang dihuni oleh raja Luwuk. Bahan utama pembuat rumah adalah 88 tiang kayu. Rumah ini memiliki bentuk segiempat dengan ukiran pada pintu dan jendela yang dibuat sama. Adapun ornamen pahatan yang biasa ditemukan pada pintu, jendela, maupun tangga disebut dengan Parengreng. Parengreng ini menjadi lambang kehidupan yang tidak terputus.

5. Rumah Adat Boyang dari Suku Mandar

Rumah adat Sulawesi Selatan yang terakhir adalah rumah adat dari Suku Mandar, yaitu rumah adat Boyang. Suku Mandar ini dikenal menempati sebagian Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Beberapa orang mengenal mereka melalui perayaan adatnya yaitu Sayyang Pattu’du atau kuda menari dan Passandeq, tradisi mengarungi laut dengan cadik. Rumah adat suku Mandar ini juga merupakan rumah panggung yang ditopang oleh tiang-tiang dari kayu.

Rumah Boyang sebenarnya hampir sama dengan rumah Bugis. Hanya saja, teras atau lego rumah Boyang jauh lebih luas dan besar. Atapnya juga berbentuk unik, seperti ember yang miring ke arah depan.

Hal unik lain dari rumah Boyang ini terletak pada peletakan tiang yang tidak ditancapkan ke tanah, melainkan diletakkan di atas batu datar guna mencegah pelapukan. Rumah ini memiliki dua tangga, satu di bagian depan dan satu lagi di belakang.

Sesuai ketentuan adat, tangga-tangga tersebut harus berjumlah ganjil, antara 7-13 anak tangga. Lalu untuk dinding rumahnya menggunakan papan kayu yang diukir memakai ukiran khas Mandar, Sulawesi Selatan.

Itulah “5 Sejarah Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan, Cerminkan Nilai Budaya”. Semoga ini bisa menjadi referensi objek wisata jika berkunjung di Sulawesi Selatan.

PDAM Makassar