kabarbursa.com
kabarbursa.com

Susah Kontrol Nafsu Makan? Awas Kena Binge Eating Disorder

Susah Kontrol Nafsu Makan? Awas Kena Binge Eating Disorder
Ilustrasi susah mengontrol nafsu makan (Dok: Int)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Binge eating disorder atau BED merupakan penyimpangan perilaku makan, di mana penderitanya sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan susah untuk mengontrol nafsu makan. BED berpotensi besar menimbulkan penyakit serius, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan penyakit jantung.

Seseorang yang menderita binge eating disorder setelah makan, kerap akan merasa bersalah, kesal, atau depresi akibat perilaku makannya tersebut. Melansir Alodokter yang menjadi mitra resmi Kementerian Kesehatan RI, BED dapat dikenali dengan ciri-ciri:

Pemprov Sulsel
  1. Cara makan yang jauh lebih cepat dari biasanya.
  2. Mengonsumsi makanan dalam porsi yang banyak, meski tidak merasa lapar.
  3. Makan banyak hingga terlalu kenyang dan membuat perut menjadi tidak nyaman.
  4. Menyendiri saat makan agar orang lain tidak tahu seberapa banyak makanan yang ia konsumsi.
  5. Pada beberapa penderita, BED dapat disertai dengan bulimia

Tanda seseorang memiliki BED apabila gejala-gejala tersebut muncul setidaknya 1 kali per minggu, dalam 3 bulan. Pada binge eating disorder ringan, episode gejala muncul sebanyak 1 sampai dengan 3 kali per minggu.

Pada BED berat, episode gejala dapat muncul sebanyak 8 hingga 13 kali per minggu. Sedangkan pada BED yang sangat parah, episode gejala dialami lebih dari 14 kali per minggu.

Apabila tidak ditangani dengan tepat, binge eating disorder berpotensi besar menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan hipertensi. BED juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti kembung dan sembelit, bahkan gangguan psikologis, seperti gangguan cemas dan depresi.

Penyebab pasti munculnya gangguan makan binge eating disorder belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang mengalami BED, yakni:

  • Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan pola makan.
  • Memiliki riwayat gangguan kejiwaan, seperti depresi, gangguan bipolar, dan kecanduan alkohol atau obat-obatan.
  • Terjadi gangguan pada zat kimia di otak yang mengatur pola makan.
  • Trauma emosional, misalnya akibat di-bully, mengalami kekerasan seksual, stres berat, atau ditinggal orang terkasih.
  • Memiliki berat badan berlebih.
  • Memiliki citra negatif atau ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.
  • Kebiasaan makan di saat stres atau stress eating juga dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya gangguan makan berlebih ini.
  • Menonton video mukbang secara berlebih juga berisiko menyebabkan seseorang mengalami BED.

Dalam memastikan diagnosis, penderita BED perlu mendapatkan pemeriksaan dari dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater), baik berupa pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan psikologis.

Apabila diperlukan, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah dan urine. Setelah diagnosis binge eating disorder dipastikan, dokter akan menentukan metode penanganan sesuai dengan faktor risiko atau pencetusnya, serta tingkat keparahan BED pasien.

Cara menangani BED

Umumnya, tujuan penanganan binge eating disorder difokuskan untuk memperbaiki perilaku makan pasien, meningkatkan rasa percaya diri pasien, membantu pasien memperoleh berat badan ideal, dan mengatasi masalah kesehatan lain yang muncul terkait BED. Metode yang digunakan untuk menangani binge eating disorder adalah psikoterapi, konsultasi psikologi, dan pemberian obat-obatan.

Terapi perilaku kognitif

Ini bertujuan untuk membantu pasien memahami apa faktor pemicu munculnya gejala BED, dan melatih pasien untuk mengalihkan dorongan untuk makan dengan kegiatan lain. Terapi perilaku kognitif bermanfaat untuk membantu pasien mengendalikan emosi, mood, serta gangguan perilaku yang muncul saat episode gejala BED berlangsung.

Psikoterapi interpersonal

Tujuan dari terapi ini adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan interpersonalnya, bagaimana ia dapat berinteraksi dengan keluarga, teman, rekan kerja, termasuk orang lain yang baru dikenal. Dengan begitu, gejala BED yang dipicu oleh masalah hubungan sosial atau komunikasi diharapkan dapat berkurang. Lazimnya metode terapi ini dikombinasikan dengan terapi perilaku kognitif.

Pemberian obat-obatan

Selain psikoterapi, penanganan binge eating disorder juga dapat dilakukan dengan pemberian obat. Lisdexamfetamin dimesylate, obat antiepilepsi topiramat, juga golongan obat antidepresan adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk meredakan gejala binge eating disorder.

Mengontrol berat badan

Binge eating disorder sering membuat penderitanya kesulitan menjaga berat badan ideal. Membantu pasien BED untuk memperoleh berat badan ideal adalah salah satu aspek penanganan yang penting dilakukan. Target penurunan berat badan yang diharapkan adalah sekitar setengah kilogram per minggu.

Dalam prosesnya, dokter akan menentukan jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi pasien dan membantu pasien mencari cara menahan nafsu makan yang efektif. Dengan menurunnya berat badan, pasien diharapkan akan lebih percaya diri dan muncul citra positif terhadap dirinya, sehingga binge eating disorder bisa berkurang secara perlahan.