kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Melemah di Awal Pekan, Tercatat di Rp15.711 per Dolar AS

Rupiah Merosot ke Level Rp15.912, Pelaku Pasar Pantau Kebijakan AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan hari ini, Senin (28/10), dengan nilai tukar di posisi Rp15.711 per USD, menurut data Bloomberg.

Dibuka turun 0,42 persen atau 65 poin, rupiah mengalami pelemahan di tengah penguatan indeks dolar sebesar 0,23 persen ke posisi 104,365.

Pemprov Sulsel

Di kawasan Asia, mata uang lain menunjukkan pergerakan variatif terhadap dolar. Yen Jepang turun 0,96 persen, dolar Singapura melemah 0,24 persen, baht Thailand turun 0,37 persen, dan yuan China melemah 0,16 persen. Sebaliknya, won Korea mencatat penguatan sebesar 0,28 persen.

Ibrahim Assuaibi, analis pasar uang, memperkirakan pergerakan fluktuatif rupiah hari ini meskipun ada potensi penutupan yang menguat.

“Untuk perdagangan Senin ini, rupiah fluktuatif namun diperkirakan akan ditutup di rentang Rp15.600-Rp15.670 per USD,” ungkap Ibrahim dalam analisisnya.

Ia menambahkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski ada dinamika geopolitik global dan arah pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara utama seperti AS dan Eropa.

Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan bahwa ekonomi domestik di kuartal ketiga 2024 diproyeksikan tumbuh di atas lima persen, melanjutkan tren positif dari kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi rumah tangga, terutama pada kalangan menengah atas, dan peningkatan investasi terkait akselerasi proyek strategis nasional (PSN), termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Inflasi juga terkendali, berada di sekitar 2,5 persen plus minus satu persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 1,84 persen year-on-year (yoy) pada September 2024.

Dukungan terhadap nilai tukar rupiah juga ditopang oleh konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia serta aliran modal yang kembali masuk ke dalam negeri.

“Penguatan rupiah juga didorong oleh kebijakan moneter yang konsisten dan adanya aliran modal masuk,” tambah Ibrahim.

Kinerja APBN hingga Agustus 2024 tetap terkendali dengan baik, mencatat defisit yang masih terkendali meskipun pendapatan negara mengalami kontraksi 2,5 persen (yoy) sementara belanja negara tumbuh 15,3 persen.

Kondisi kesehatan fiskal tercermin dalam surplus keseimbangan primer sebesar Rp161,8 triliun dan defisit sebesar Rp153,7 triliun, atau sekitar 0,68 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).