kabarbursa.com
kabarbursa.com

Proyeksi Rupiah Menguat di Tengah Fluktuasi Nilai Tukar

Rupiah Tertekan Dolar AS, Inflasi Rendah Jadi Sorotan
ilustrasi rupiah (doc KabarMakassar)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan bergerak fluktuatif, namun dengan potensi menguat pada kisaran Rp15.070 hingga Rp15.180 dalam perdagangan hari ini, Senin (23/09).

Pada akhir perdagangan Jumat (20/9), rupiah tercatat menguat 0,58% atau naik 89 poin, berada di level Rp15.150 per dolar AS. Di saat yang sama, indeks dolar AS terpantau mengalami kenaikan tipis sebesar 0,09% menjadi 100,7.

Pemprov Sulsel

Pergerakan rupiah pada pekan lalu dipengaruhi oleh beberapa sentimen global dan domestik. Dari sisi global, perhatian pasar tertuju pada kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang mulai melonggarkan kebijakan suku bunga.

The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, yang merupakan batas atas dari ekspektasi pasar. Meski demikian, Ketua Fed, Jerome Powell, memberikan pandangan yang tidak terlalu dovish terkait suku bunga jangka menengah dan panjang, dengan mengisyaratkan bahwa suku bunga netral di masa mendatang akan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Para pelaku pasar menyambut baik peluang penurunan suku bunga The Fed lebih lanjut, dengan perkiraan total pemangkasan mencapai 125 basis poin sepanjang tahun ini. Hal ini memberikan harapan terhadap pelonggaran moneter yang lebih agresif dalam waktu dekat, yang dapat mendukung stabilitas rupiah terhadap dolar AS.

Sentimen Domestik: Respons Bank Indonesia

Dari sisi domestik, pelanggaran kebijakan moneter oleh The Fed diantisipasi akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mengikuti jejak serupa.

BI diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga acuannya dalam rentang 75 hingga 100 basis poin, sehingga suku bunga acuan BI berada di kisaran 5,00% hingga 5,25%. Langkah ini dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi yang sempat tertekan akibat tingginya suku bunga kredit perbankan dalam beberapa waktu terakhir.

Dengan penurunan suku bunga acuan, diharapkan biaya pendanaan (cost of fund) perbankan akan berkurang, yang pada akhirnya dapat menurunkan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan kredit, sehingga roda perekonomian kembali bergerak lebih cepat dan mendukung pemulihan ekonomi, terutama di tengah masa transisi pemerintahan saat ini.

Kondisi Ekonomi Domestik Mendukung Penguatan Rupiah

Selain kebijakan moneter, stabilitas rupiah juga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup solid. Neraca perdagangan Indonesia tetap berada dalam posisi stabil, sementara cadangan devisa menunjukkan tren peningkatan.

Pada Agustus 2024, inflasi tercatat sedikit menurun menjadi 2,12% secara tahunan (year-on-year), turun dari 2,13% YoY pada bulan Juli. Angka inflasi ini masih dalam batas target Bank Indonesia, yaitu di kisaran 1,5% hingga 3,5%, menunjukkan pengendalian inflasi yang cukup baik.

Melihat faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diproyeksikan akan bergerak fluktuatif sepanjang perdagangan hari ini. Namun, ada potensi penguatan yang cukup kuat, dengan perkiraan nilai tukar rupiah akan ditutup di kisaran Rp15.070 hingga Rp15.180 per dolar AS.

Kondisi ekonomi yang stabil, disertai pelonggaran kebijakan moneter baik dari global maupun domestik, diharapkan akan mendukung tren penguatan rupiah dalam jangka pendek.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan pekan lalu Rupiah menjadi salah satu mata uang Asia yang menguat cukup signifikan pada akhir pekan ini, mengikuti langkah Federal Reserve yang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, menjadikannya di kisaran 4,75%-5%.

Berdasarkan data dari Refinitiv, Jumat (20/09) kemarin, mata uang baht Thailand menjadi pemimpin penguatan di Asia dengan lonjakan sebesar 0,78% terhadap dolar AS, sementara rupiah mencatat kenaikan sebesar 0,56%.

Nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 89 poin terhadap dolar AS, bergerak dari posisi sebelumnya di Rp15.339 menjadi Rp15.150 pada penutupan Jumat. Sebelumnya, rupiah sempat menguat hingga 155 poin sebelum mengalami sedikit koreksi.

Untuk perdagangan Senin mendatang, rupiah diperkirakan masih berhasil mempertahankan keperkasaannya meski akan berfluktuasi dalam kisaran Rp15.070 hingga Rp15.180.

Proyeksi Penguatan Mata Uang Asia

Beberapa analis memprediksi bahwa penguatan mata uang Asia, termasuk rupiah, akan terus berlanjut hingga kuartal keempat 2024. Namun, mereka juga memperkirakan adanya potensi pembalikan tren pada paruh pertama 2025.

Meski begitu, ekspektasi pasar terkait pemotongan suku bunga The Fed di akhir tahun mungkin terlalu optimistis. hal ini dapat memicu koreksi pada mata uang di pasar negara berkembang, termasuk Asia.

Saat ini, taruhan bullish terhadap yuan Tiongkok dan dolar Singapura telah kembali ke level yang terlihat sekitar empat pekan lalu. Sementara itu, taruhan terhadap peso Filipina mencapai titik tertingginya dalam empat tahun terakhir.

Sejak Juli 2024, rupiah telah menguat lebih dari 6%. Langkah Bank Indonesia (BI) yang mendahului The Fed dengan memangkas suku bunga acuan diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, yang turut mendorong penguatan rupiah.

Walaupun sebagian analis optimis dengan penguatan rupiah, beberapa juga memperingatkan adanya risiko yang perlu diperhatikan. BI kemungkinan besar akan mengikuti jejak The Fed, namun mungkin tidak seagresif dalam jumlah pemangkasan total suku bunga. Hal ini seharusnya tidak terlalu mempengaruhi dukungan pasar terhadap rupiah.

Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan pada perdagangan pekan ini, terutama dipicu oleh sentimen positif dari keputusan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia dan The Fed. Langkah ini menciptakan sentimen positif di pasar keuangan, yang mendorong minat investor terhadap aset-aset berdenominasi rupiah.

Diperkirakan tren penguatan rupiah akan berlanjut karena adanya sentimen positif dari kebijakan penurunan suku bunga oleh BI dan The Fed,

Dampak Penguatan Rupiah Bagi Perekonomian
Penguatan rupiah memberikan keuntungan bagi beberapa sektor ekonomi Indonesia, terutama bagi para importir yang dapat memanfaatkan biaya impor yang lebih rendah. Dengan rupiah yang lebih kuat, harga barang-barang impor menjadi lebih terjangkau, yang pada gilirannya membantu menekan laju inflasi dalam negeri.

Namun, penguatan rupiah yang terlalu cepat juga bisa menimbulkan tantangan, terutama bagi eksportir. Produk ekspor Indonesia akan menjadi relatif lebih mahal di pasar internasional, yang berpotensi mengurangi daya saing produk Indonesia di luar negeri. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan dalam nilai tukar sangat penting untuk melindungi sektor-sektor vital dalam perekonomian.

Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah, memastikan bahwa penguatan yang terjadi tetap terkontrol dan tidak merugikan sektor-sektor penting. Stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi kunci dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terutama di tengah kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.

Penguatan rupiah yang dipicu oleh pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan The Fed memberikan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, keseimbangan nilai tukar tetap menjadi fokus utama untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Sementara itu, peluang investasi dalam aset rupiah meningkat, namun pelaku pasar tetap harus berhati-hati terhadap potensi volatilitas di masa mendatang.