KabarMakassar.com — Nilai Tukar Rupiah pada perdagangan Rabu (16/10) kemarin ditutup di Level Rp15. 510 per dolar AS. Angka ini berhasil mencatat penguatan signifikan, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 0,5% atau 78,5 poin dari perdagangan sebelumnya.
Penguatan ini terjadi di tengah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%, sesuai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 15–16 Oktober 2024.
Keputusan BI yang mempertahankan suku bunga ini sejalan dengan ekspektasi pasar, yang sebelumnya memproyeksikan bahwa bank sentral tidak akan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga.
Hal ini memberikan dukungan positif bagi nilai tukar rupiah, yang sejak penutupan hari sebelumnya berada di level Rp15.589 per dolar AS. Dengan penguatan sebesar 0,51% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia pada hari ini.
Kinerja rupiah yang solid pada hari ini menjadikannya mata uang dengan penguatan terbesar di kawasan Asia. Penguatan rupiah juga diikuti oleh mata uang lainnya di wilayah tersebut, di mana ringgit Malaysia mencatat kenaikan sebesar 0,34%, disusul oleh won Korea Selatan yang menguat 0,26%. Peso Filipina dan yuan China juga mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,11% dan 0,02%, sementara dolar Singapura mengalami kenaikan tipis 0,008%.
Sepanjang persagangam Rabu kemarin, Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,49% atau 76,5 poin ke level Rp15.512 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,07% ke level 103,18. Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan.
Yen Jepang misalnya menguat 0,11%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,04%, won Korea Selatan menguat 0,22%, serta yuan China menguat 0,03%. Selain itu, rupee India menguat 0,03%, peso Filipina menguat 0,11%, serta baht Thailand menguat 0,2%.
Meski mayoritas mata uang Asia menunjukkan tren positif, beberapa mata uang mencatat pelemahan. Yen Jepang tercatat mengalami penurunan terdalam sebesar 0,15%, diikuti oleh dolar Hong Kong yang melemah 0,03% dan rupee India yang turun tipis sebesar 0,02%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua mata uang di kawasan tersebut dapat mengikuti penguatan signifikan yang dialami oleh rupiah.
Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6% menjadi faktor penting yang mendorong penguatan rupiah. Langkah ini dinilai sebagai sinyal bahwa BI masih menjaga stabilitas moneter di tengah ketidakpastian global, terutama terkait kebijakan suku bunga di Amerika Serikat dan Jepang. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga juga disertai dengan kebijakan suku bunga Deposit Facility yang tetap di level 5,25% dan Lending Facility di 6,75%.
Selain itu, pergerakan mata uang regional turut memberikan pengaruh positif bagi rupiah. Pada hari yang sama, indeks dolar AS menguat 0,1% ke posisi 103,35, menunjukkan kekhawatiran pasar terkait kebijakan moneter yang lebih ketat di AS.
Namun, penguatan indeks dolar tidak menghalangi rupiah untuk mencatat kenaikan, seiring dengan adanya spekulasi bahwa Bank Sentral Jepang mungkin akan mulai menormalkan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga secara moderat.
Pasar juga menantikan stimulus ekonomi di Tiongkok, di mana Menteri Perumahan China dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Kamis, 17 Oktober 2024, untuk mengumumkan kebijakan lebih lanjut yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada 16 Oktober 2024 tercatat di level Rp15.536 per dolar AS, mengalami penguatan sebesar 19 poin dibandingkan posisi pada 15 Oktober 2024 yang berada di level Rp15.555 per dolar AS.
Kurs Jisdor ini mencerminkan nilai tukar rata-rata rupiah terhadap dolar AS yang didapat dari transaksi antarbank di pasar valuta asing dan menjadi acuan resmi yang dirilis oleh Bank Indonesia.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah hari ini memberikan optimisme terhadap stabilitas pasar keuangan dalam negeri. Dengan langkah Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga, diharapkan kondisi ekonomi Indonesia dapat terus stabil di tengah dinamika global yang masih bergejolak.