kabarbursa.com
kabarbursa.com

Investor Asing Topang IHSG Menguat Empat Hari Berturut

IHSG Catat Penguatan di Perdagangan Awal Pekan, Sektor Teknologi Memimpin
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan selama empat hari berturut-turut dalam sepekan ini, seiring dengan meningkatnya aliran investasi dari investor asing ke pasar domestik.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (12/7), IHSG kembali menguat sebesar 0,37%, atau naik 27,17 poin, mencapai level 7.327,58 saat penutupan perdagangan. Selama sepekan, IHSG mencatatkan akumulasi kenaikan sebesar 1,02%.

IHSG terus bergerak di zona hijau, dengan level terendah mencapai 7.300 dan level tertinggi 7.354 pada akhir pekan ini. Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 15,62 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp 12,04 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 329 saham mengalami kenaikan, 230 saham mengalami penurunan, dan 239 saham tidak mengalami perubahan.

Investor asing mencatat net buy besar sebesar Rp 1,24 triliun di seluruh pasar, dengan akumulasi net buy asing selama sepekan terakhir mencapai Rp 877,22 miliar. Berikut adalah 10 saham dengan net buy terbesar oleh investor asing pada Jumat:

1. PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) Rp 451,64 miliar
2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 279,22 miliar
3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 198,71 miliar
4. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 126,5 miliar
5. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 66,65 miliar
6. PT Indosat Tbk (ISAT) Rp 60,68 miliar
7. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp 45,24 miliar
8. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 29,29 miliar
9. PT MD Pictures Tbk (FILM) Rp 16,29 miliar
10. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 11,47 miliar

Penguatan IHSG pada perdagangan Jumat ini juga didukung oleh data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS), yang menunjukkan penurunan dan memberikan keyakinan kepada pelaku pasar bahwa era suku bunga tinggi akan segera berakhir. Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,48% ke posisi 7.335,35. Dalam sebulan terakhir, IHSG telah melonjak sebesar 7,08% dan saat ini kembali berada di level psikologis 7.300.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 6,5 triliun dengan volume transaksi sebesar 9,3 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 624.678 kali. Sebanyak 285 saham menguat, 227 saham melemah, dan 269 saham cenderung stagnan. Sektor properti, infrastruktur, dan keuangan menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I, dengan masing-masing sektor naik sebesar 2,56%, 1,23%, dan 1,21%.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, memberikan kontribusi sebesar 13,1 indeks poin.

IHSG terus menguat di tengah sentimen positif investor terhadap data inflasi AS yang menunjukkan penurunan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (IHK), indikator utama inflasi, tercatat sebesar 3% pada Juni 2024, turun dari 3,3% pada Mei 2024. Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi turun ke 3,1%.

IHK mengukur laju perubahan harga di seluruh perekonomian AS, termasuk harga pangan, energi, dan barang serta jasa lainnya. IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, juga menunjukkan perlambatan yang lebih besar dari perkiraan, naik hanya 0,1% dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021, dan mendorong inflasi inti tahunan turun menjadi 3,3% dari 3,4%.

Laporan inflasi yang lebih baik dari perkiraan ini memperkuat harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga, membuat biaya pinjaman lebih murah. The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Juni 2024, dan dengan inflasi yang melandai, ada harapan bahwa penurunan suku bunga akan segera dilakukan.

Alat CME FedWatch kini memperkirakan probabilitas 84% bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada September 2024, meningkat pesat dari perkiraan sebelumnya sebesar 68%.

Dengan berakhirnya era suku bunga tinggi, sektor-sektor yang sebelumnya terbebani seperti properti, konstruksi, dan farmasi diharapkan akan bangkit kembali, membantu menggairahkan pasar saham domestik.

Di sisi lain, sejak Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi Peraturan Bursa nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus, sudah ada 12 emiten yang berhasil keluar dari papan pemantauan khusus.

Emiten-emiten tersebut termasuk PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Ladangbaja Murni Tbk (LABA), PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI), PT Haloni Jane Tbk (HALO), dan PT Jembo Cable Company Tbk (JECC).

Ditambah PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA), PT Jaya Trishindo Tbk (HELI), PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM), PT Asia Sejahtera Mina Tbk (AGAR) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI).

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa fokus utama saat ini adalah mendorong lebih banyak saham keluar dari papan pemantauan khusus, mengindikasikan peningkatan kualitas emiten di pasar saham Indonesia.