kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Merosot 2,05 Persen Imbas Koreksi Saham Konglomerat Prajogo Pangestu

IHSG Terkoreksi di Tengah Respons Kenaikan PPN 12 Persen
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam pada perdagangan Jumat (20/09) kemarin, dengan mencatatkan pelemahan sebesar 162,3 poin atau setara dengan 2,05%.

IHSG terjerembab ke level 7.743 pada akhir sesi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penurunan ini menutup pekan dengan catatan negatif setelah IHSG sempat mencapai level tertingginya sepanjang masa sehari sebelumnya.

Pemprov Sulsel

Pada perdagangan kemarin, sebanyak 226 saham tercatat mengalami kenaikan, sementara 346 saham mencatatkan penurunan, dan 224 saham stagnan. Nilai total transaksi perdagangan saham kemarin, mencapai Rp 18,55 triliun, dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 35,27 miliar lembar. Frekuensi transaksi mencapai 1.262.235 kali.

Pelemahan IHSG sebagian besar disebabkan oleh koreksi di mayoritas sektor, dengan sektor infrastruktur mencatatkan penurunan terbesar sebesar 3%. Sektor teknologi juga melemah cukup signifikan sebesar 1,9%, diikuti oleh sektor barang baku yang turun 1,8%, sektor properti yang kehilangan 1,2%, dan sektor energi yang terpangkas 0,8%.

Namun, di tengah dominasi sentimen negatif, beberapa sektor masih mampu menunjukkan performa positif. Sektor kesehatan dan barang konsumsi primer sama-sama mencatatkan kenaikan sebesar 0,7%, sementara sektor transportasi menguat 0,6%, menunjukkan ketahanan dalam kondisi pasar yang sedang dilanda tekanan.

Sementara IHSG tertekan, sebagian besar bursa saham di Asia menunjukkan pergerakan positif. Indeks Nikkei di Jepang melonjak 1,5%, Hang Seng di Hong Kong naik 1,3%, dan indeks Shanghai Composite di China berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,03%.

Di sisi lain, indeks Straits Times di Singapura justru terkoreksi sebesar 0,3%. Pergerakan positif di bursa Asia mengindikasikan sentimen global yang relatif lebih optimistis, meskipun IHSG terpengaruh oleh dinamika internal pasar Indonesia.

Lima Saham Pencetak Cuan, PT Chitose Internasional Memimpin

Meski IHSG mengalami tekanan besar, ada lima saham yang berhasil mencatatkan kenaikan signifikan dan masuk dalam daftar top gainers hari ini. Saham PT Chitose Internasional Tbk (CINT) menjadi yang paling bersinar, dengan kenaikan luar biasa hingga 34,1% dan menyentuh batas Auto Rejection Atas (ARA). Saham ini melesat menjadi Rp 224 per saham, mencuri perhatian para pelaku pasar di tengah tekanan IHSG.

Selain CINT, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) juga mencatatkan kinerja impresif dengan kenaikan 11,9% menjadi Rp 94. Saham PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) naik 10,5% menjadi Rp 94, sementara PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) menguat 9,2% menjadi Rp 83. Saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) juga masuk dalam deretan saham yang mencetak cuan, dengan kenaikan 7,3% menjadi Rp 880.

Meskipun IHSG mengalami penurunan tajam, analis pasar menilai bahwa koreksi ini masih dalam batas wajar. IHSG telah mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 2,72% selama beberapa minggu terakhir, terutama sejak awal September.

Setelah reli yang cukup kuat, koreksi semacam ini sering kali dianggap sebagai bagian dari siklus pasar yang sehat, di mana indeks menyerap berbagai sentimen negatif sebelum melanjutkan tren penguatan selanjutnya.

Banyak pelaku pasar juga meyakini bahwa investor tidak perlu panik secara berlebihan menghadapi koreksi kali ini. Mereka disarankan untuk tetap tenang, mengevaluasi portofolio, dan mencari peluang di tengah koreksi pasar, terutama pada saham-saham dengan prospek jangka panjang yang baik.

Salah satu penyebab utama dari penurunan tajam IHSG hari ini adalah aksi jual besar-besaran pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Saham BREN anjlok 19,95% dalam sehari, setelah muncul sentimen negatif terkait keputusan FTSE Russell untuk menghapus saham ini dari daftar indeks mereka karena tidak memenuhi persyaratan free float. Keputusan ini memberikan tekanan besar pada IHSG, mengingat BREN memiliki bobot yang cukup besar, sekitar 9%, dalam pergerakan indeks.

Penurunan saham BREN memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar, mengingat saham ini sebelumnya dipandang sebagai salah satu saham dengan prospek jangka panjang yang menjanjikan di sektor energi terbarukan. Kapitalisasi pasar BREN juga tergerus tajam menjadi Rp 1.180,66 triliun, di bawah kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencapai Rp 1.328,29 triliun.

Menurut pernyataan resmi FTSE, saham BREN dihapus dari indeks FTSE Global Equity Series – Large Cap, karena lebih dari 97% saham perusahaan tersebut dikuasai oleh empat pemegang saham utama, sehingga tidak memenuhi ketentuan free float yang ditetapkan. Penghapusan saham ini akan efektif mulai perdagangan Rabu pekan depan, tepat pada 23 September 2024.

Selain BREN, dua saham lain yang dimiliki oleh konglomerat Prajogo Pangestu, yaitu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), juga menjadi penekan IHSG pada hari ini. Saham TPIA turun sebesar 29 poin indeks, sementara BRPT mencatatkan penurunan sebesar 6,9 poin indeks. Akumulasi penurunan dari saham-saham yang terhubung dengan grup Prajogo memberikan kontribusi signifikan terhadap koreksi besar yang dialami IHSG.

Reaksi Pasar: Realisasi Keuntungan Setelah Rekor ATH

IHSG sebelumnya mencatatkan reli panjang yang membawa indeks ke level 7.800 hingga 7.900-an, bahkan mencatatkan beberapa kali rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH). Oleh karena itu, penurunan yang terjadi hari ini sebagian besar dianggap sebagai aksi realisasi keuntungan (profit-taking) setelah reli yang cukup signifikan.

Namun, koreksi IHSG juga cenderung terkonsentrasi pada saham-saham berkapitalisasi besar (big cap), terutama yang terkait dengan grup Prajogo Pangestu, sementara saham-saham berkapitalisasi besar lainnya relatif tidak mencatatkan penurunan sebesar itu.

Secara keseluruhan, meskipun IHSG mengalami penurunan tajam lebih dari 2%, koreksi ini dinilai masih wajar sebagai bagian dari konsolidasi pasar setelah reli yang kuat. Meskipun saham-saham grup Prajogo menjadi penekan utama, investor tetap diimbau untuk tidak panik dan terus memantau peluang investasi di tengah kondisi pasar yang dinamis. Koreksi seperti ini sering kali dianggap sebagai waktu yang tepat untuk menyusun strategi baru dan menambah kepemilikan pada saham-saham dengan fundamental yang kuat.