kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Menguat Tipis, Namun Rawan Koreksi di Awal Pekan

IHSG Tertekan Sepekan, Saham Big Caps Sepekan Ini Berguguran
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 35,71 poin atau 0,50 persen ke level 7.109 pada perdagangan Jumat (31/01) kemarin.

Meski demikian, sepanjang pekan lalu, indeks hanya mampu menguat satu kali, sementara pada hari-hari lainnya mengalami pelemahan, sehingga secara keseluruhan IHSG melemah 1,01 persen dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pekan lalu ditutup menguat tipis 0,16 persen, dari 7.154,658 di pekan sebelumnya menjadi 7.166,056. Namun, kapitalisasi pasar Bursa justru mengalami sedikit penurunan sebesar 0,08 persen, dari Rp12.472 triliun menjadi Rp12.462 triliun.

Di tengah kondisi ini, Tim Analis MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pergerakan IHSG masih berpotensi mengalami koreksi pada perdagangan Senin (03/02), dengan target uji support di kisaran 7.010-7.035.

“Selama IHSG masih mampu bertahan di atas level support-nya, maka peluang untuk kembali menguat ke level 7.166-7.190 masih terbuka,” demikian disampaikan dalam riset MNC Sekuritas, Senin (03/02).

Secara teknikal, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang support di 6.967 dan 6.931, sementara resistance berada di 7.190 dan 7.341.

Dalam menghadapi potensi koreksi ini, MNC Sekuritas memberikan beberapa rekomendasi saham yang dapat diperhatikan oleh investor:

Buy on weakness:

  • PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)
  • PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA)

Speculative buy:

  • PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)

Sell on strength:

  • PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA)

Sementara itu, Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menilai bahwa IHSG masih cukup rawan terkoreksi dalam beberapa hari ke depan. Ia memproyeksikan support berada di level 7.127, sedangkan resistance di 7.187.

Menurutnya, ada beberapa sentimen yang akan memengaruhi pergerakan IHSG pekan ini, di antaranya:

  1. Rilis data inflasi Indonesia yang menjadi perhatian utama pelaku pasar.
  2. Data ketenagakerjaan AS yang ditunggu oleh investor untuk melihat arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
  3. Pergerakan nilai tukar rupiah, yang diperkirakan masih dalam tekanan, turut menjadi faktor yang membebani indeks saham domestik.

Herditya juga memberikan beberapa rekomendasi saham yang patut dicermati oleh investor, berdasarkan performa perdagangan pekan lalu dan proyeksi teknikalnya:

Adaro Energy Indonesia (ADRO)

  • Penutupan pekan lalu: Menguat 1,30 persen ke level 2.330
  • Proyeksi pekan ini: Berpotensi naik hingga 2.560

Erajaya Swasembada (ERAA)

  • Penutupan pekan lalu: Menguat 1,05 persen ke level 384
  • Proyeksi pekan ini: Berpotensi menyentuh 406

Bank Syariah Indonesia (BRIS)

  • Penutupan pekan lalu: Menguat 1,74 persen ke level 2.930
  • Proyeksi pekan ini: Berpotensi naik hingga 3.040

Strategi buy on weakness dan speculative buy dapat diterapkan untuk saham-saham tertentu, sementara opsi sell on strength juga bisa menjadi langkah yang tepat untuk mengamankan keuntungan di tengah ketidakpastian pasar.

Umtuk informasi, Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal 2025 dipengaruhi oleh berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Di pasar global, indeks-indeks Wall Street mengalami pelemahan akibat kekhawatiran investor terhadap kebijakan perdagangan baru yang akan diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Pada 1 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump secara resmi menerapkan kebijakan tarif baru terhadap beberapa mitra dagang utama, termasuk Kanada, Meksiko, dan China.

Kebijakan ini membuat pasar keuangan global bergejolak, memicu aksi jual di bursa saham AS, dan memberikan tekanan pada sentimen investor di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sementara itu, dari dalam negeri, investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) justru menunjukkan pertumbuhan yang sangat kuat.

Pada kuartal IV/2024, FDI tumbuh sebesar 33,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada kuartal III/2024 yang hanya mencapai 18,60% yoy.

Menariknya, tren ini bertolak belakang dengan kecenderungan historis. Biasanya, investasi mengalami perlambatan saat masa transisi kepemimpinan.

Namun, realisasi investasi yang tinggi ini mencerminkan optimisme investor terhadap pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Realisasi investasi yang kuat ini mengindikasikan optimisme investor terhadap 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran, sekaligus memvalidasi kondisi positif berbagai indikator makro pada Desember 2024.

Selain kebijakan perdagangan AS dan peningkatan investasi asing, investor juga tengah mengantisipasi beberapa data ekonomi domestik yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG dalam waktu dekat.

Salah satu data yang ditunggu adalah indeks manufaktur untuk Januari 2025. Indeks ini menjadi indikator penting dalam mengukur kondisi industri di dalam negeri, yang dapat memberikan gambaran apakah pemulihan ekonomi masih berlanjut atau justru mengalami perlambatan.

Di sisi lain, inflasi juga menjadi perhatian utama pelaku pasar. Inflasi tahunan pada Januari 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,88% yoy, lebih tinggi dibandingkan 1,57% yoy pada Desember 2024.

Kenaikan inflasi ini dianggap sebagai tanda bahwa pemulihan ekonomi yang terjadi pada Desember 2024 masih berlanjut hingga kuartal I/2025. Jika inflasi tetap terkendali dan konsumsi masyarakat terus tumbuh, maka potensi penguatan pasar saham Indonesia masih terbuka lebar.

IHSG saat ini berada dalam fase yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal.

Tekanan dari kebijakan tarif AS terhadap mitra dagangnya dapat membawa ketidakpastian bagi pasar global, tetapi optimisme terhadap investasi asing yang tumbuh pesat di Indonesia menjadi penyeimbang yang positif.

Dengan adanya rilis data manufaktur dan inflasi dalam waktu dekat, investor disarankan untuk tetap mencermati perkembangan ekonomi secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan investasi.

Jika indikator ekonomi terus menunjukkan perbaikan, maka IHSG berpotensi untuk tetap berada dalam tren positif di awal 2025.

Disclaimer: Saham-saham yang direkomendasikan di atas mencerminkan potensi tren kenaikan berdasarkan analisis teknikal dan fundamental. Meski demikian, investor disarankan untuk tetap mencermati kondisi pasar dan melakukan analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi. Berita ini tidak bersifat mengajak untuk membeli produk tertentu.