kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Melemah Setelah Capai Rekor Tertinggi

IHSG Menguat, Sektor Energi dan Bahan Baku Pimpin Kenaikan
Ilustrasi saham (Dok : Kabarmakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Setelah mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) dalam perdagangan intraday pada Selasa (03/09) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup melemah pada akhir sesi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

IHSG mengalami penurunan sebesar 1,01% atau 78 poin, ditutup pada level 7.616,52. Meskipun demikian, investor asing tetap mencatatkan net buy sebesar Rp116,83 miliar di seluruh pasar.

Pemprov Sulsel

Penguatan IHSG pada sesi sebelumnya didorong oleh rilis data inflasi Indonesia. Pada Agustus 2024, inflasi tercatat sebesar 2,12% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 106,06. Kendati demikian, meskipun mengalami penurunan pada sesi penutupan, peluang penguatan jangka panjang masih terbuka lebar, terutama bagi investor yang memilih saham dengan fundamental yang kuat di tengah kondisi ekonomi yang relatif stabil.

Secara global, pasar juga tengah mengantisipasi rilis data Neraca Perdagangan Amerika untuk bulan Juli 2024. Pasar memperkirakan defisit sebesar minus US$78,9 miliar, yang menunjukkan bahwa nilai impor AS lebih tinggi dari ekspornya, berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.

Di Eropa, para pelaku pasar menantikan data HCOB Services PMI Final untuk Agustus 2024, baik di Jerman maupun di kawasan Euro. Sementara itu, dari Asia, data PMI Komposit Caixin dan PMI Layanan Caixin untuk Agustus 2024 juga dinantikan sebagai indikator kesehatan ekonomi regional.

IHSG Melemah Ditengah Sentimen Negatif

Pada penutupan perdagangan Selasa (03/09) kemarin, IHSG melemah sebesar 1,01% atau 78 basis poin, berakhir di level 7.616. IHSG mencatat kenaikan 10,27% sepanjang tahun ini, dengan nilai transaksi mencapai Rp10,198 triliun pada perdagangan hari ini.

Sektor kesehatan menjadi satu-satunya yang mencatat penguatan sebesar 0,36%, sementara sektor infrastruktur, properti, dan teknologi mengalami pelemahan signifikan.

Saham-saham yang menjadi top gainers pada perdagangan kali ini termasuk INTD, AKSI, dan PGLI, sementara saham yang mengalami penurunan terbesar adalah UANG, KPIG, dan BCAP. Sebanyak 228 saham mengalami kenaikan, sementara 364 saham lainnya melemah.

Penguatan IHSG sebelumnya didukung oleh aliran modal asing sebesar Rp6,21 triliun yang masuk melalui pasar surat berharga negara (SBN), pasar saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Namun, IHSG melanjutkan tren pelemahan setelah terkoreksi ke level 7.695 atau turun 0,31% pada perdagangan sebelumnya.

Dampak Pasar Saham AS dan Faktor Eksternal

Pasar saham AS ditutup pada awal pekan bulan September, Senin (02/09). karena hari libur nasional, Labor Day. Fokus utama pasar keuangan adalah spekulasi apakah The Fed akan memulai penurunan suku bunga sebesar 0,5% atau hanya 0,25%.

Ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed yang agresif telah mereda setelah data inflasi PCE menunjukkan stabilitas. Sementara itu, klaim pengangguran yang menurun dan revisi PDB yang naik memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga guna merangsang ekonomi.

IHSG pada hari ini terdampak oleh berbagai sentimen negatif, baik dari eksternal maupun dalam negeri. Dari eksternal, IHSG terseret oleh pelemahan indeks saham Asia yang dipicu oleh kekhawatiran terkait rilis data manufaktur AS yang akan diumumkan pada Selasa waktu setempat. Selain itu, pasar juga mengantisipasi laporan nonfarm payrolls yang akan dirilis pada akhir pekan.

Dari Tiongkok, pasar masih menunggu arah kebijakan pemerintah terkait stimulus ekonomi di tengah perlambatan yang terjadi. Aktivitas manufaktur Tiongkok mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut hingga Agustus, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.

Ini menjadi sinyal bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini mungkin menghadapi kesulitan dalam mencapai target pertumbuhan tahun ini, yang meningkatkan harapan pasar untuk adanya stimulus tambahan dari pemerintah.

Sentimen Domestik dan Penurunan PMI Manufaktur

Dari dalam negeri, IHSG tampaknya dipengaruhi oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah mencatatkan all time high (ATH). Respons pasar juga terlihat terkait dengan penurunan indeks manufaktur yang kembali berada di zona kontraksi.

Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat di level 48,9 pada Agustus 2024, turun dari 49,3 pada Juli 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan output dan permintaan baru yang semakin tajam.

Penurunan PMI manufaktur menjadi perhatian karena sektor ini merupakan pendorong utama ekonomi nasional, berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan ketenagakerjaan. Melemahnya daya beli masyarakat juga dinilai berpotensi mengurangi kontribusi sektor ini terhadap perekonomian secara keseluruhan.

PDAM Makassar