KabarMakassar.com — Menurut laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Selatan kembali mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Agustus 2024. Ini menandai bulan keempat berturut-turut wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami penurunan harga, sejak pertama kali terjadi pada Mei 2024.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto menjelaskan bahwa penurunan harga bahan pangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi deflasi kali ini. Pada bulan Agustus, kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mencatat penurunan harga terbesar, dengan deflasi mencapai 0,49%.
“Meskipun kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi, penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau cukup signifikan sehingga memberikan dampak besar terhadap deflasi di Sulsel,” kata Aryanto dalam keterangannya resminya yang dikutio, Selasa (03/09).
Dia juga mencatat bahwa pengaruh dari kelompok ini menyumbang sebesar 0,13% terhadap tingkat deflasi secara keseluruhan, yang membuat deflasi Sulsel lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Beberapa komoditas utama yang mendorong deflasi bulan ini termasuk bawang merah, yang menyumbang deflasi sebesar 0,07%, diikuti oleh tomat dengan 0,05%, daging ayam ras dengan 0,04%, serta beras dan telur ayam ras yang masing-masing menyumbang 0,02%.
Dari delapan kota yang dipantau oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel, hampir semuanya menunjukkan penurunan harga bulanan, kecuali Wajo yang mengalami inflasi 0,22% (mtm). Kota-kota lainnya, seperti Bulukumba mencatat deflasi 0,03%, Watampone 0,28%, Sidrap 0,18%, Luwu Timur 0,02%, Makassar 0,02%, Parepare 0,16%, dan Palopo 0,21%.
Secara tahunan, Sulsel masih mencatat inflasi sebesar 1,77% (yoy) pada Agustus 2024. Kontributor utama inflasi tahunan ini berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,92%, diikuti oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan 0,37%, serta kelompok transportasi dengan 0,11%.
Komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi tahunan di Sulsel antara lain beras dengan 0,36%, emas perhiasan 0,35%, sigaret kretek mesin 0,20%, cabai rawit 0,18%, dan gula pasir 0,09%.